Apakah sekadar memenuhi CP dan TP? Apakah agar murid lulus ujian? Apakah agar mereka siap kerja? Atau ada yang lebih dalam dari itu?
Socrates, Plato, Aristoteles Punya Jawabannya
Filsafat pendidikan klasik yang berakar dari pemikiran Socrates, Plato, Aristoteles, hingga tradisi skolastik menawarkan jawaban yang sederhana namun radikal. Pendidikan adalah proses membentuk manusia yang utuh yang mampu berpikir jernih, bertindak bijak, dan hidup bermakna. Keren bukan?
Bukan sekadar pintar menghafal. Bukan sekadar terampil mengerjakan soal. Tapi manusia yang tahu bagaimana menimbang kebenaran, memilih yang baik, dan bertanggung jawab atas pilihannya.
Socrates mengajarkan kita untuk tidak menelan mentah-mentah informasi, tapi selalu bertanya: "Benarkah ini? Atas dasar apa?" Plato mengingatkan bahwa pendidikan bukan mengisi ember kosong, tapi menyalakan api dalam diri murid dan membimbing jiwa dari kegelapan opini menuju cahaya kebenaran. Ia juga menekankan pentingnya kurikulum bertahap dari kebiasaan baik (musik dan gimnastik), ke penalaran matematis, hingga kemampuan berdialog mencari kebenaran (dialektika). Aristoteles melanjutkan dengan menekankan bahwa kebajikan bukan sekadar tahu yang benar, tapi terbiasa melakukan yang benar melalui latihan, pembiasaan, dan kearifan praktis (phronesis).
Tradisi skolastik mengajarkan trivium yaitu gramatika (kejelasan bahasa), logika (penalaran tertib), dan retorika (komunikasi yang bertanggung jawab). Tiga hal sederhana ini ternyata adalah senjata paling ampuh melawan hoaks, manipulasi informasi, dan polarisasi yang kita hadapi hari ini.
Lalu Apa yang Harus Saya Lakukan?
Anda mungkin berpikir "Teori klasik itu bagus, tapi saya punya 35 murid, 24 jam mengajar seminggu, belum lagi administrasi. Bagaimana saya bisa menerapkan ini?"
Justru di sinilah kekuatan filsafat klasik: ia tidak menambah beban, tapi menyederhanakan fokus.
1. Klarifikasi Tujuan: Apa yang Benar-Benar Penting?
Alih-alih terjebak dalam tuntutan administratif yang tak ada habisnya, tanyakan pada diri sendiri: "Apa yang saya ingin murid saya bawa pulang dari kelas ini bukan hanya hari ini, tapi 10 tahun lagi?"