Mohon tunggu...
I. Addi Wisudawan
I. Addi Wisudawan Mohon Tunggu... beginner writer

motorcycle traveller

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

1999, Jerit Pilu di Jantung Yogyakarta

26 Desember 2017   02:04 Diperbarui: 26 Desember 2017   02:14 7478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita duka menyeruak diseluruh penjuru jogja. Bioskop Regent Terbakar Habis. Belasan orang meninggal dunia, puluhan orang luka-luka dan beberapa jenazah belum diketemukan. Setelah Empire 21 sekarang Regent Terbakar Habis. Jogja sudah tidak memiliki bioskop untuk menayangkan film-film Box Office. Proses evakuasi pagi itu sangat menyayat hati. Belasan tubuh-tubuh gosong diketemukan diantara reruntuhan bangunan. Jerit tangis dan pilu dari kerabat, sanak saudara para korban memecah syahdunya hari jumat itu. Bau anyir dan gosong dari tubuh manusia yang terbakar hidup-hidup menusuk hidung dan menyayat hati yang melihat dan mencium aromanya. Manusia terbakar hidup-hidup. Yogyakarta kehilangan mahasiswa-mahasiwanya malam itu lebih menyakitkan daripada kehilangan bioskopnya.

Yogyakarta

24 September 2009

Anto terbangun dari sadarnya, ia mencoba menengok kanan kiri. Kondisi yang ia takutkan nampaknya sudah tak ada lagi. Ruangan studio Nampak lebih bersih dan cerah. Terlihant sangat berbeda sebelum ia tak sadarkan diri tadi. Ia melihat wanita yang terjatuh tadi sudah bergegas keluar dari ruang studio, anto mencoba mengikutinya. Namun sesampainya dipintu keluar wanita tersebut sudah menghilang diantara kerumunan orang. Anto tercengan kondisi diluar sangat berbeda dari saat ia masuk tadi. Suasanan yang sangat berbeda. Jauh lebih bersih dan sangat mewah diluar sini. Ia coba menyapa memperhatikan kondisi diluar studio, namun nampaknya taka da yang peduli akan sosoknya. Semua acuh dengan kesibukan masing-masing. Dihalaman luar ia melihat ada panggung, anto mencoba keluar dipintu sebelah timur. Ia melihat panggung dan seperti café di sebuah bioskop. Anto heran, bagaimana bisa ini terjadi. Apakah tadi ia tertidur dalam studio dan bermimpi sebuah kebakaran. Ini Nampak aneh baginya. Ia coba masuk lagi kedalam studio yang ia tonton tadi. Nampak beberpa wajah ia kenal, beberapa wajah yang tadi menonton dengannya. Namun hanya tatapan kesedihan dan kekosongan yang keluar dari sorot mata mereka. Mereka hanya duduk terdiam namun ada beberapa yang menangis. Anto menghampiri salah satu dari meraka. Untuk menanyakan apa yang telah terjadi.

“mas, kita terjebak disini. Kita sudah meninggal dari 10 tahun yang lalu. Tubuh mas hancur tertimpa bangunan dan habis oleh api yang membakar tubuh mas.” Ujar salah satu dari orang yang anto taanyai.

Anto histeris, ia berlari keluar. Anto lari dalam kalutnya. Dalam larinya ia teringat ita. Kembali ia kekostnya pada menjelang oagi. Ia menangis sejadi-jadinya didalam kamar kostnya. Ia tak mempedulikan siapa yang didalam kostnya. Hatinya terlalu perih untuk menerima kenyataan. Anto merintih lirih menagis pedih hingga ia tertidur tak sadarkan diri. Beberapa orang yang menempati kost anto sering mendengar tangis dan rintihan anto.

Selalu begitu, anto kembali sadar dari tidurnya dengan kondisi ingatan persis sebelum kejadian kebakaran yang membakar habis tubuhnya. Namun luka dihatinya tak dapat dikalahkan oleh pedihnya terbakar api yang menghabiskan tubuhnya. Ingatan anto setiap sadar dari tidurnya selalu kembali kepada malam jumat 23 september 1999. Dan selalu ia kembali kekostnya pada jam 02.00 dan menangis hingga dating adzan subuh. Pemilik kost sempat menutup kamar anto selama hamper 3bulan lamanya karena jeritan dan tangisan anto terdengar oleh seisi kost.

Kebakaran yang meratakan bioskop regent dan empire 21 menyisakan kejadian-kejadian memilukan. Hingga dibangunnya bioskop baru yaitu Empire XXI pada tahun 2009, tak menyurutkan luka dan perih dari para korban kebakaran yang jerjebak didalamnya pada kejadian sepuluh tahun lalu. Beberapa orang mengaku melihat korban-korban dari kejadian sepuluh tahun sbelumnya, hingga saat ini.

fa9b10f5-dfc9-4d2e-aae3-42988e51e5c7-5a414ddebde575548f6150e2.jpeg
fa9b10f5-dfc9-4d2e-aae3-42988e51e5c7-5a414ddebde575548f6150e2.jpeg

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun