Mohon tunggu...
I. Addi Wisudawan
I. Addi Wisudawan Mohon Tunggu... beginner writer

motorcycle traveller

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

1999, Jerit Pilu di Jantung Yogyakarta

26 Desember 2017   02:04 Diperbarui: 26 Desember 2017   02:14 7478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1999: JERIT PILU DI JANTUNG YOGYAKARTA

Yogyakarta;

Kamis, 23 September 1999

Sore ini jogja terasa lebih sejuk tak seperti biasanya. Namun hal tersebut tak berpengaruh bagi Anto, salah satu mahasiswa perantauan yang kuliah disalah satu perguruang tinggi di jogja. Suasana hatinya yang kalut tak menentu membuatnya tak bisa menikmati syahdunya jogja sore itu. Suasana di kampus siang tadi membuat perasaanya tak menentu hingga senja tiba menyambut sang malam. Kejadiannya dengan ita, kekasihnya membuatnya hilang arah hari ini karena sikap ita yang membuat anto tidak tenang.

Menjelang malam, anto memutuskan berkeliling jogja dengan sepeda motor bebek satu-satunya. Dari kostnya di kawasan gondolayu lor, sebelah utara tugu Yogyakarta. Ia rasakan hempasan angin malam jogja kala itu dengan ratapan pedih di hatinya. Motor bebeknya melaju sedang dari gondolayu menuju lembah UGM, kemudian terus menyelusuri selokan mataram dan berakhir di babarsari. Disana ia mencari sususapi segar dan bakmi godog karena sudah terasa lapar baginya. Setelah makan ia melanjutkan kekalutannya dengen menelusuri jalan dari janti, kota gede hingga alun-alun selatan. Sekitar jam 21.00 ia melanjutkan perjalannnya menuju jalan kusuma negra dan berakhir di perempatan gejayan.

Sebelah barat perempatan gejayan terdapat sebuah bioskop terbesar di jogja pada masa itu. Sebenarnya ada 2 bioskpo terbesar, yakni Empire 21 dan Regent. Namun Empire 21 yang terletak dilantai 2 dan supermarket Hero dilantai 1nya telah rata dengan tanah karena kebakaran hebat sebulan sebelumnya. Jadilah sekarang Regent yang berada disamping bangkai bekas gedung Empire 21 itu menjadi satu-satunya bioskop terbesar di jogja pada masa itu. Anto mencoba untuk sejenak melupakan kekecewaannya terhadap ita malam itu dengan nonton midnight movie di Regent Bioskop malam itu. Anto membeli tiket midnight untuk dirinya seorang.

Film dimulai jam 22.15, anto sudah duduk dibarisan tengah malam. Tetap saja, film diputar dan berjalan pikiran anto melayang tak menentu. Masih saja ia memikirkan sika pita selama ini. Anto tak peduli alur film seperti apa, tak peduli dengan tawa kecil dibelakang kursinya, tak peduli juga pada suara desahan tipis disebelahnya. Pikiran anto kacau tak menentu. Ia pun tak peduli dengan jeritan-jeritan yang semakin lama semakin histeris. Ia acuh terhadap kegaduhan di barisan kursi bagian belakang. Ia tak sadar bahwa jeritan dan kegaduhan itu bukan reaksi penonton dari film yang mereka tonton. Anto mulai sadar dari lamunannya tatkala matanya semakin pedih. Bukan karena perasaanya yang pilu oleh sikap ita namun karna asap yang mulai menebal di dalam ruangan. Anto baru sadar telah terjadi kebakaran hebat dibagian belakang studio yang ia tonton.

Kepanikan sudah menguasai para penonton. Separuh gedung bioskop yang terdiri dari 8 studio sudah terbakar hebat. Api semakin cepat membesar. Penonton histeris, panik saling dorong, saling injak sudah tak peduli lagi dengan manusia lainnya. Mereka tak mampu berfikir jernih. Ketakutan yang mendorong mereka agar dapat keluar dari studio dan gedung bioskop ini. Anto ternganga melihat api yang bagian belakang. Anto ketakutan, tak lagi ia memikirkan soal ita. Anto melihat seorang wanita yang sudah memar-memar di bagian muka dan tangannya ada berada dilantai diantara kursi kursi. Kaki anto gemetar tak berdaya. Ia mencoba meenuju wanita yang merintih kesakitan tadi, sedangkan kondisi diluar sudah tak terkendali. Ratusan manusia berhamburan keluar dari bioskop. Tak terhitung lagi berapa tubuh terinjak-injak oleh ratusan orang didepan pintu masuk. Tangisan dan jeritan memecah ketenangan jogja pada malam itu. Tak lagi terasa dingin jogja malam itu.

Anto masih mencoba menarik wanita yang sudah tak mampu memijakkan kakinya. Sedang kobaran api semakin membesar hingga ke atap studio. Anto sudah terbatuk-batuk, tenggorokannya panas oleh asap tebal, sedang wanita tadi sudah terlihat kehilangan kesadarannya. Api semakin besar membakar seluruh kursi dan bangunan studio. Anto sudah tak dapat melihat lagi dada dan tenggorokannya panas oleh asap. Dan beton penyangga atap ambruk dihajar kobaran api yang begitu besarnya, tepat mengenai tubuh anto. Separuh studio hancur dan runtuh mengenai menutup habis anto dan api yang semakin lincah menjilati seiisi studio. Sama seperti wanita tadi, anto kehilangan kesadaran dibawah tumpukan bangunan studio yang membara.

Yogyakarta

Jumat, 24 September 1999

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun