Mohon tunggu...
Husnul Marhamah Ifka MS
Husnul Marhamah Ifka MS Mohon Tunggu... Mahasiswa Psikologi — Universitas Negeri Gorontalo

Saya adalah orang yang suka membaca, menulis dan cukup tertarik dibidang seni. saya orang yang ingin terus bertumbuh dari dalam atas pemikiran dan hidup saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pernahkah Anda Merasa "Meledak" Tanpa Alasan Jelas?Menguak Misteri dan Kekuatan Emosi dalam Diri Kita

23 Mei 2025   11:49 Diperbarui: 23 Mei 2025   11:49 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang Emosi, https://depositphotos.com/id/illustrations/marah.html

Pernahkah Anda tiba-tiba merasa jengkel tanpa tahu pemicunya? Atau mungkin, air mata mengalir begitu saja saat menonton film yang biasa-biasa saja? Fenomena emosi memang seringkali terasa misterius, hadir tanpa diundang dan mampu mengubah suasana hati serta perilaku kita dalam sekejap. Padahal, jauh di lubuk hati, emosi adalah bagian tak terpisahkan dari eksistensi kita sebagai manusia.

Bahkan, para ahli psikologi sepakat bahwa hidup tanpa emosi adalah sebuah keanehan yang luar biasa, seperti yang diungkapkan oleh Smith, Sarason, dan Sarason (1982). Pengalaman merasakan cinta yang membuncah, amarah yang membakar, keriangan yang menular, hingga ketakutan yang mencengkeram, semuanya adalah warna-warni yang membentuk lanskap batin kita.

Bahkan, alam bawah sadar kita pun diyakini menyimpan lautan emosi yang tak terungkapkan. Averill mencatat betapa kayanya bahasa Inggris dalam menggambarkan kondisi emosi, dengan lebih dari 550 kata yang terkait dengannya. Meskipun spektrum emosi begitu luas, pada dasarnya, setiap emosi memiliki benang merah yang sama: sebuah pengalaman perasaan yang subjektif, adanya gejolak psikologis dan fisik yang menyertainya, serta dorongan untuk bertindak dengan cara tertentu.

 Emosi, meski sulit didefinisikan secara gamblang, seringkali dipandang sebagai "action tendency" atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu sebagai respons terhadap kejadian eksternal maupun kondisi perasaan internal. Misalnya, rasa takut akan mendorong kita untuk menghindar atau melawan ancaman. Kecenderungan ini bisa bermanifestasi sebagai ekspresi wajah (senyum, tangis) maupun tindakan nyata (melarikan diri, menyerang). Menariknya, cara kita mengekspresikan dan merespons emosi sangatlah personal dan dipengaruhi oleh latar belakang budaya.

Lantas, apa sebenarnya yang terjadi di dalam tubuh kita saat emosi bergejolak? Kita ambil contoh rasa takut. Emosi ini bukan hanya sekadar perasaan subjektif, tetapi juga mengaktifkan serangkaian respons fisiologis yang kompleks. Jantung berdebar lebih kencang, tekanan darah meningkat, aliran darah dialihkan dari ujung jari ke otot-otot besar, napas menjadi cepat dan dalam demi memasok oksigen lebih banyak. Bahkan, pupil mata kita melebar, pendengaran menajam, dan aktivitas pencernaan melambat. Semua perubahan fisiologis ini mempersiapkan tubuh kita untuk menghadapi situasi darurat, baik itu melawan maupun melarikan diri.

Para ahli psikologi juga menyoroti tiga komponen utama yang membentuk emosi: perilaku, fisiologi, dan kognitif. Mereka yang fokus pada aspek perilaku melihat emosi sebagai cara kita berkomunikasi, di mana rasa takut misalnya, memotivasi kita untuk mengambil keputusan cepat seperti menghindar.

 Sementara itu, ahli yang berorientasi pada fisiologi meyakini bahwa emosi berakar kuat di dalam otak, dengan area-area primitif di otak yang terhubung langsung dengan ekspresi emosi, bahkan sebelum proses berpikir yang lebih tinggi terlibat. Hal ini menjelaskan mengapa terkadang kita bisa merasakan emosi yang kuat secara instan tanpa perlu menganalisis situasinya terlebih dahulu.

Namun, proses emosi tidak terjadi begitu saja. Ada tahapan-tahapan yang dilaluinya. Pertama, munculnya rangsangan, baik dari luar diri (ancaman, pujian) maupun dari dalam diri (kenangan, bayangan). Uniknya, rangsangan ini tidak selalu terdeteksi secara sadar. Kedua, adalah interpretasi atau penilaian kognitif. Inilah yang membedakan respons emosi kita terhadap rangsangan yang sama. Pikiran, keyakinan, dan interpretasi kita terhadap suatu situasi akan memunculkan "realita psikologis" yang kita respons secara emosional.

 Objek yang kita nilai positif akan memicu emosi bahagia atau cinta, sementara objek yang kita anggap mengancam akan memicu emosi negatif seperti takut atau benci. Inilah mengapa dua orang bisa memiliki reaksi emosi yang berbeda terhadap situasi yang sama. Ketiga, adalah pembangkitan fisiologis, yang merupakan respons tubuh kita terhadap interpretasi kognitif tadi. Meskipun ada pola umum, setiap individu bisa memiliki pola pembangkitan fisiologis yang unik.

Terakhir, adalah manifestasi perilaku, yang terbagi menjadi respons ekspresif (memberi sinyal kepada orang lain tentang emosi yang kita rasakan) dan respons instrumental (cara kita berinteraksi dengan lingkungan sebagai respons terhadap emosi tersebut).

Penulis: 

Tri Lian Dika, Husnul Marhamah Ifka MS, Irvan Usman

Sumber Referensi:

Hayati, S. (2015). Aspek Emosi Dalam Kehidupan. Al Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam , 6 (1), 143-154.

Darmiah, D. (2020). Perkembangan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Emosi Anak Usia Mi. Pionir: Jurnal Pendidikan, 8(2).

Azmi, N. (2015). Potensi emosi remaja dan pengembangannya. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, 2(1), 36-46.

Susanti, R. (2004). Perkembangan Emosi Manusia. Jurnal Teknodik, 170-181.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun