Anak adalah anugrah dari Allah swt yang diberikan pada orang tua, dan juga amanah untuk membimbingnya menjadi pribadi manusia yang baik dan bermanfaat. Untuk menjalankan dari amanah tersebut, maka dilakukanlah sebuah pengasuhan dengan caranya masing-masing. Pola pengasuhan inilah yang akan menjadi sebuah penentuan tentang bagaimana anak tersebut tumbuh, atau bagaimana anak tersebut akan bersikap. Oleh karena itu, menjadi penting lah untuk memilih bagaimanakah pola asuh yang baik dan benar untuk anak sehingga bisa disebutkan sebagai gentle parenting?
Gentle Parenting menjadi sebuah trend dan populer saat ini. Parenting dalam bentuk ini ialah memberikan sebuah penekanan pada pemahaman dari kedua belah pihak, baik anak maupun orang tua. Konsep yang diusung pada parenting jenis ini ialah pada respek, empati, dan memahami yang diberikan kepada anak. Gentle Parenting ini memberikan gambaran sebuah hubungan yang terbangun dengan baik antara anak dengan orang tuanya. Tidak memberikan tuntutan, membebaskan pilihan dan kemauan anak, akan tetapi masih dalam aturan dan norma yang berlaku. Dan untuk dapat memberikan sebuah pemahaman juga melakukan daripada konsep gentle parenting ini, Â langkah pertama yang dapat dilakukan ialah dimulai pada diri sendiri. Ketika diri sendiri telah selesai dalam memahami semua makna rasa, selesai dalam mempelajari emosi nya, dapat mengenal akan apa yang ada pada diri, maka dia akan dapat melihat anak sebagai sebuah anugrah. Bukan sebuah pembuktian keberhasilan ataupun pelampiasan emosi yang belum terealisasi.Â
Dalam buku Dhannisa Cho yang memiliki judul "Gentle Parenting", dijelaskan bahwa kita  akan dapat memberikan sebuah cinta tak bersyarat pada anak apabila kita sudah selesai dalam mencintai diri sendiri. Tahap ini ialah dengan mengenal diri melalui pertanyaan-pertanyaan sederhana yang mungkin terlupa atau sengaja dilupakan oleh diri, seperti "siapakah aku?" "apa cita-citaku?" "apa memang ini keinginanku?" "apakah aku senang dengan hal ini?"Â
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin sepele, atau bahkan tidak penting untuk dipikirkan lebih lanjut, terlebih bagi seseorang yang sudah merasa dewasa dan telah lama terbawa arus hidup. Akan tetapi, jika direnungkan sejenak, maka akan tertampar pada kenyataan bahwa kita tidak pernah memprioritaskan diri sendiri. Bukan, ini bukan soal memprioritaskan diri ialah sebuah sikap yang egois, bukan. Ini ialah soal, mengertilah pada diri kita terlebih dahulu, baru setelah itu kita dapat mengerti orang lain. Mengingat kembali, pada perasaan-perasaan yang dirasa saat kecil, mengurainya, dan menelaah makna dari rasa tersebut, akan membantu pada bagaimana kita dapat mengobati dan memenuhi inner child dalam diri. Dan ketika semua rasa itu telah diurai, dipahami, maka pelan tapi pasti kita akan mengenal tentang siapa dan bagaimana kita.Â
Gentle Parenting dapat terwujud dari orang tua yang memiliki tangki cinta yang penuh, sehingga dapat melimpahkan rasa cinta tersebut pada anaknya. Orang tua yang selesai dengan semua urusan inner child, trauma, rasa takut, juga inferiority feeling akan dapat menciptakan lingkungan dan pendidikan moral yang terbaik untuk anak. Karena memang dibutuhkan kesabaran, ketekunan, juga kreatifitas untuk dapat menjalankan amanah pengasuhan ini. Bukankah  dibutuhkan tenaga dan juga jiwa yang benar-benar lapang untuk dapat memahami dan menjelaskan tentang arti dunia pada jiwa-jiwa kecil yang tidak mengerti apapun? Maka, pahamilah diri terlebih dahulu, selesaikan, maka cinta yang diberikan tak membutuhkan sebuah imbalan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI