---
Santri sebagai Penjaga Moral dan Pelestari Budaya
Salah satu peran penting santri di tengah globalisasi budaya adalah menjaga moral bangsa. Di tengah gempuran konten digital yang mengandung kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian, santri dapat menjadi filter sosial. Mereka bisa menyebarkan dakwah dengan cara yang santun, beretika, dan penuh kasih sayang.
Selain itu, santri juga berperan sebagai pelestari budaya lokal. Banyak tradisi keislaman di Nusantara yang lahir dari kreativitas para kiai dan santri --- seperti tahlilan, maulid, shalawatan, hingga hadrah. Tradisi ini bukan bentuk bid'ah, melainkan ekspresi cinta kepada Rasulullah yang dibungkus dengan kearifan lokal.
Pesantren telah lama menjadi laboratorium kebudayaan. Di sana, nilai-nilai lokal diolah dengan spirit keislaman universal. Santri menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara tradisi dan modernitas, antara Islam dan Indonesia.
Dengan cara itu, santri mengajarkan kepada masyarakat bahwa mencintai budaya lokal bukan berarti menolak kemajuan, tetapi menjaga akar agar tidak tercerabut oleh badai globalisasi.
---
Peran Santri di Era Digital dan Tantangan Zaman
Santri masa kini menghadapi tantangan baru: dunia digital. Globalisasi kini tak hanya soal ekonomi dan budaya, tapi juga tentang informasi dan opini. Dalam satu detik, jutaan narasi tersebar di media sosial, termasuk narasi keagamaan yang sering kali ekstrem dan menyesatkan.
Di sinilah santri harus tampil sebagai penjaga moderasi. Mereka harus bisa menggunakan teknologi untuk dakwah digital yang menyejukkan. Banyak santri kini sudah aktif di platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok, menyebarkan pesan-pesan kebaikan.
Tentu saja, dakwah digital bukan hanya soal popularitas. Ia adalah bentuk tanggung jawab baru. Ketika ruang publik digital dipenuhi ujaran kebencian dan paham intoleran, santri harus hadir dengan wajah Islam yang rahmatan lil 'alamin --- penuh kasih, rasional, dan terbuka.