"Gema Reformasi di Jalan Sudirman"
I. Awal Krisis
Jakarta, Mei 1998. Kota ini dipenuhi asap kendaraan dan tensi politik yang memuncak. Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi berat, inflasi melonjak, dan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru semakin besar. Mahasiswa dan aktivis mulai bergerak menuntut reformasi.
Rio, seorang mahasiswa ekonomi di Universitas Indonesia, duduk di kamar kostnya di kawasan Salemba, membaca berita tentang demonstrasi yang terus berlanjut. Ia teringat ceramah dosennya tentang pentingnya perubahan sistem politik untuk kesejahteraan rakyat.
II. Pergerakan Mahasiswa
Suatu sore, rio bergabung dengan teman-temannya di kampus UI yang menjadi pusat pergerakan mahasiswa. Mereka membahas strategi untuk demonstrasi besar-besaran menuntut reformasi dan penurunan Presiden Soeharto. Semangat mereka tinggi, didorong keinginan menciptakan Indonesia yang lebih demokratis dan adil.
Pada 12 Mei 1998, terjadi peristiwa tragis di Trisakti: empat mahasiswa tertembak dalam demonstrasi. Rio dan kawan-kawannya sangat terpukul. "Ini harus jadi titik balik," kata salah satu aktivis dengan mata berkaca-kaca.
III. Reformasi Bergulir
Massa mahasiswa dan rakyat semakin berani turun ke jalan. Mereka berorasi di depan Gedung MPR/DPR, menuntut perubahan total. Tekanan publik besar, dan pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundurkan diri. Indonesia memasuki era Reformasi.
Rio merasa lega tapi juga sadar bahwa perjuangan belum selesai. "Reformasi baru dimulai, kita harus menjaga demokrasi ini," katanya kepada teman-temannya.
IV. Dampak dan Refleksi