Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Rumahku Banyak Hantu (Bagian 1)

3 Juni 2023   11:06 Diperbarui: 3 Juni 2023   14:06 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pohon aren yang asli sudah ditebang, dan saat itu juga belum memiliki kamera HP (Sumber gambar popmama.com)

Kemunculan makhluk gaib pertama setelah pohon aren ditebang

Pertengahan tahun 1992 aku tinggal di rumah bulik (adik perempuan ibuku). Saat itu suami membeli tanah kebun di grumbul sebelah. Banyak orang-orang yang mengingatkan untuk tidak membeli tanah tersebut. Alasan mereka karena lokasi di situ angker dan banyak hantunya. Apalagi terdapat pohon aren yang menurut mitos jawa sebagai tempat tinggal makhluk halus.

Setelah melakukan pembayaran 850.000 rupiah pada pemilik kebun, banyak tetangga yang menyayangkan kenapa tidak mencari tanah di tempat lain. Mereka merasa kasihan jika nantinya dibangun rumah untuk tempat tinggal. Memang lokasi di sekitar kebun tersebut sepi meskipun berada di pinggir jalan raya nasional. Medan kebun yang berupa tebing-tebing dan terdapat pohon aren terkesan seram apalagi jika dilihat pada malam hari. Sehingga sudah lama ditawarkan kebun yang berisi alang-alang dan beberapa pohon pisang itu tidak laku-laku. Calon pembeli yang semula berminat begitu mendengar cerita keangkeran lokasi tersebut langsung membatalkan pembayaran.

Namun aku dan suami tetap membeli tanah itu meskipun dari keluarga besar dan tetangga-tetangga sudah mengingatkan.

Setiap hari sepulang mengajar suamiku bekerja sendiri meratakan tanah secara bertahap. Dengan menggunakan cangkul lama kelamaan tebing-tebing itu mulai rata. Tentunya memakan waktu berbulan-bulan, karena bukan alat berat yang bekerja.

Setelah rata semua lokasi itu tidak langsung dibangun rumah. Dana untuk membangun rumah juga belum ada. Sehingga suami memanfaatkan peluang usaha dan membangun pabrik genteng pres bersama dua temannya.

Hanya berjalan satu tahun produksi genteng pres. Lokasi yang untuk membakar genteng mentah diminta oleh pemiliknya. Saat itu kesepakatan kontrak dua tahun. Namun baru berjalan satu tahun dan sedang laris-larisnya penjualan genteng, bahkan banyak permintaan yang tidak bisa dipenuhi, tempat yang sudah dikontrak tersebut tidak boleh dilanjutkan lagi. Alasan pemiliknya karena pohon-pohon di sekitar pada layu karena terkena hawa panas api saat membakar genteng.

Apa boleh buat! Uang sisa kontrak yang satu tahun tidak kembali. Mesin cetak genteng dan peralatan lain akhirnya dilelang. Perusahaan terpaksa gulung tikar. Karyawan juga diberhentikan semua.

Beberapa bulan kemudian bekas pabrik genteng itu dibangun rumah. Satu bulan persis pembangunan rumah selesai. Bulan Oktober 1995 aku, anakku yang pertama dan suami menempati rumah baru. Saat itu aku sedang hamil delapan bulan anakku yang ke dua.

Satu bulan menempati rumah baru kemudian anakku lahir pada bulan November 1995.
Setelah masa nifas selesai aku mulai menjalankam salat.

Pada suatu malam aku ketiduran di tempat salat setelah menjalankan salat Isa. Dalam kondisi masih mengenakan mukena, aku ketiduran. Entah siapa yang memberi bantal ternyata aku tidur di atas sajadah namun kepala beralaskan bantal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun