Bagi Kuncoro, menikah adalah komitmen setia sampai mati. Apapun yang terjadi dalam biduk rumah tangga, pasangan harus bekerja sama untuk terus berusaha mempertahankannya.
Tak ada yang mampu mengakhiri ikatan perkawinan kecuali jika tiba saatnya maut memisahkan. Kuncoro dan istrinya memegang teguh janji itu.
Kuncoro adalah seorang lelaki yang telah mengabdi pada negara sejak 15 tahun yang lalu. Jabatan demi jabatan ia jalani sepenuh hati karena kecintaannya terhadap negeri ini.
Prinsip Kuncoro: jangan pernah berkhianat, baik kepada keluarga maupun negara. Namun kehadiran setitik jejak masa lalu rupanya membuat ia tersadar sesuatu.
Kuncoro mengakui dalam hati, kini dia tak lagi menghargai diri dan mereka yang mempercayai. Selama ini, Kuncoro menciderai prinsip sendiri.
*
Kuncoro lahir dan besar di Ponorogo, sebuah kabupaten di Jawa Timur yang terkenal dengan kesenian reog. Lulus SMA, Kuncoro meneruskan pendidikan tinggi ke Surabaya.
Setelah gelar doktorandus didapatkan, Kuncoro mengikuti tes penerimaan pegawai negeri dan nasib mujur menghampiri. Ia lolos dan langsung  ditugaskan di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Meninggalkan seluruh kenangan masa kecil dan cerita lampau. Menjalani kehidupan baru di tanah priangan.
Setelah beberapa tahun bertugas di kota ini, Kuncoro berjumpa dan akhirnya menikah dengan seorang gadis yang amat ia sayangi. Mereka dikaruniai tiga orang anak.
Kehidupan keluarga ini normal dan berjalan selayaknya keluarga biasa. Hingga akhirnya 5 tahun lalu, sebuah tanggung jawab baru datang dari kementerian. Kuncoro naik jabatan lagi dan mesti berkantor di kantor pusat di Jakarta.