Kedua, buang rasa takut dan minder. Mental harus ditempa kuat seperti semangat menulis yang harus terus dijaga. Tidak perlu kita terbenam dalam perasaan malu yang berlebihan.
Ketiga, tetaplah menulis dan unggah. Perhatikan reaksi pembaca dan pelajari semua pendapat. Barangkali ada yang terasa tajam dan mengupas sangat dalam, patutlah kita bersyukur. Berarti cerpen kita dibaca benar dan diteliti olehnya.
Keempat, seiring penulisan cerpen berikutnya, giatlah belajar dari cerpen yang berkualitas. Kalau mau standarnya meningkat, tentu kita belajar dari pengarang yang sudah mendapat pengakuan.
Terakhir, jangan lupa perbandingkan. Pada penulisan cerpen yang ke sekian, tengoklah dan bandingkan dengan cerpen pertama. Apakah ada perbedaan dan perubahan yang lebih baik? Apakah jumlah kata semakin meningkat? Apakah konflik semakin tajam dan menarik? Apakah akhir cerita semakin sulit ditebak?
Perbandingan itu berguna untuk menilai seberapa jauh kita sudah maju. Seberapa berhasil kita menyerap apa yang dipelajari. Seberapa berubah cara kita dalam menulis cerpen.
Akhirnya...
Kita tentu berharap, semakin berganti hari, semakin baik pula kualitas cerpen kita. Apa yang terjadi pertama kali begitulah adanya dan kita tidak mau itu terulang kembali sekarang. Tetaplah menulis sembari giat belajar. Saya sudah buktikan dan alami sendiri.
Tulisan ini bukan berarti cerpen saya paling bagus di antara cerpen Anda. Tetapi, cerpen saya sekarang lebih bagus daripada yang pertama kali. Yang jelek itu. Anda juga mau bukan, seperti demikian?Â
...
Jakarta
19 September 2021
Sang Babu Rakyat