Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sebuah Percakapan di Kamar Mandi

3 April 2021   22:48 Diperbarui: 3 April 2021   22:53 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:dok. rumah 

Pada sebuah kamar petak di salah satu kontrakan penuh pintu di kota besar itu, tinggallah seorang pemuda yang berjuang memperbaiki kualitas hidup, seorang diri. Dia datang dari desa, menantang hidupnya, menguji nyalinya, dan terutama, meringankan beban orangtuanya yang sudah hampir mati membesarkan kesembilan adiknya.

Kamar itu begitu sempit, hanya tiga kali empat meter persegi, belum termasuk sebuah kamar mandi di dalamnya. Apa pun yang dia kerjakan di sana, tidak terlepas dari meja belajar, tempat tidur, dan kamar mandi.

Ini sudah tahun keempat dia di sana. Tahun keempat pula ia menempuh pendidikan. Selepas itu, ia bisa beristirahat sebentar, bersuka cita dan menikmati kebanggaan sebagai seorang sarjana--ia menjadi sangat dihormati di kampungnya dan derajat keluarganya otomatis meningkat, lalu berpusing ria dengan bersaing bersama ribuan bahkan ratus ribuan lulusan sarjana dalam mencari pekerjaan. Belum lagi mencari cinta, untuk menghasilkan seorang buah hati, yang sangat dirindukan ibunya.

"Plukkk...."

Terdengar percikan cairan jatuh. Beberapa makhluk kecil--begitu kecil sehingga hanya bisa dilihat dari mikroskop--di dalamnya berteriak, seperti kesakitan jatuh dari ketinggian dan melesat begitu kencang pada lantai kamar mandi yang terlalu licin, karena penghuninya sama sekali tidak pernah membersihkannya.

Dinding-dindingnya berubah warna, dari putih menjadi kecokelatan. Ada sarang laba-laba pada setiap sudut atap. Pada kapstok di balik pintu, tergantung tumpukan baju dan celana yang begitu kotor, tidak pernah dicuci, dan mulai berbau. Di tempat sabun mandi yang tergantung di salah satu dinding, ada sebuah plastik kecil bekas sampo saset yang terbuka ujungnya dan masih tersisa setengah.

"Ayo cepat lari," ujar salah satu makhluk itu. Mereka hanya sebuah kepala berbentuk elips dengan sebuah ekor panjang.

"Tolong, tangkap kepalaku," teriak satu makhluk lain di dekatnya. Dengan cepat, makhluk itu yang sudah lebih dulu memanjat dinding, menjulurkan ekornya dan melilitkan pada kepala makhluk lain itu yang masih menyentuh lantai. Mereka harus cepat-cepat merayap ke dinding.

"Tolong... tolong... tolong...."

Terdengar riuh pekikan dari teman-teman mereka. Mereka hanyut bersama genangan air yang disiramkan pemuda itu begitu saja, membuat mereka terperosok dalam lubang kamar mandi, yang ditutup kawat-kawat berkarat. Mereka hilang entah ke dunia mana.

"Syukurlah kita selamat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun