Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sebuah Percakapan di Kamar Mandi

3 April 2021   22:48 Diperbarui: 3 April 2021   22:53 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:dok. rumah 

"Mengapa dia selalu membuang kita?" tanya makhluk itu.

"Bengis sekali dia kepada makhluk hidup," lanjutnya.

Makhluk lain di sebelahnya sama sekali tidak punya petunjuk untuk menjawab. Ia begitu terpukau dengan wajah pemuda itu yang begitu riang, selepas dia melemparkan cairan berisi teman-temannya itu. Mengapa pemuda itu bisa senang ketika teman-teman saya terbuang? Apakah dia suka bahagia di atas penderitaan orang? Ini tidak boleh seharusnya.

"Oi," panggil makhluk itu. Makhluk lain itu menengok.

"Maaf, maaf. Saya lagi heran sama pemuda itu. Betapa kejam dia bisa tertawa di atas penderitaan teman kita."

"Saya juga berpikir seperti itu. Apa yang harus kita buat agar dia tidak lagi membuang teman-teman kita?"

Makhluk lain itu terdiam. Ekornya bergoyang-goyang. Kepalanya seperti memikirkan sesuatu.

"Apakah kita harus membalas perbuatannya yang jahat itu? Bukankah itu tidak boleh?" katanya.

"Lantas, bagaimana? Apa kau mau setiap saat melihat teman-teman terus terbuang? Apa kau kuat mendengar lolongan mereka?"

Pemuda itu keluar dari kamar mandi. Lampu dimatikan. Tersisa dingin dan kesunyian.

"Oi, kok gelap?" kata makhluk lain itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun