Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Rapat Para Babu (Bagian II)

3 April 2021   18:39 Diperbarui: 3 April 2021   19:37 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dia jangan-jangan pembunuhnya, Pak!" pekik tuan penuh amarah. Bogem mentah hampir saja melayang dari tangannya pada seorang lelaki berjas hitam yang duduk begitu santai seperti tidak ada masalah, bila dua petugas tidak menahannya.

"Saudara siapa?" tanya petugas itu.

"Saya teman mendiang, Pak."

"Tepatnya, selingkuhan, Pak," tukas pengasuh bayi. Mata tuan mendadak memerah. Dahinya berkerut. Kepalanya panas. Dia betul-betul marah. Dua petugas masih sibuk memeganginya.

"Apa yang Saudara lakukan hari ini?"

Lelaki itu dengan tenang berkata, "Saya hanya berkunjung sampai sore, Pak. Setelah itu, saya pergi. Saya tidak mungkin pelakunya. Kan kejadiannya malam ini."

Petugas itu diam. Ia seperti berpikir, menaruh curiga, dan tidak mudah percaya akan setiap jawaban orang-orang di depannya. Mungkinkah mereka berbohong? Apakah mereka ingin menguasai harta nyonya? Apakah ada dendam di balik kejadian ini?

"Ada CCTV di sini?"

"Tidak ada, Pak," jawab pengasuh bayi.

"Bagaimana sih, rumah gedong kok tidak ada CCTV-nya!"

Malam semakin larut. Para babu, selingkuhan nyonya, dan tuan terus disidang dengan banyak pertanyaan. Hujan di luar masih saja deras. Malam itu begitu menegangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun