Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Rapat Para Babu (Bagian II)

3 April 2021   18:39 Diperbarui: 3 April 2021   19:37 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa petugas bersarung tangan menemukan hal-hal aneh yang mencurigakan. Sebuah gunting taman tergeletak di bawah kasur. Sepotong roti cokelat yang terbelah seperti habis dimakan. Sebuah kotak kardus cokelat besar yang terbuka, berisi tumpukan pakaian baru seperti hendak dijual. Ada potongan-potongan lakban melekat di lantai.

"Apa yang Saudara lakukan malam ini?" tanya seorang petugas pada koki. Si koki mengangkat muka. Dengan gagap, ia berbicara.

"Saya tidak ngapa-ngapain, Pak. Jujur. Setelah nyonya pulang arisan, saya hanya mengantar roti ke kamarnya. Seperti biasa, ia selalu minta kudapan sebelum tidur. Setelah itu, saya kembali ke dapur."

"Apa Saudara menaruh racun dalam roti itu?" Petugas memicingkan mata. Si koki mengelus dada.

"Ya ampun, Pak. Tidak pernah terpikir di otak saya, perbuatan jahanam itu. Mana mungkin saya tega membunuh nyonya?"

"Atau kau?" Tangan petugas itu menunjuk tukang kebun.

"Kau yang membunuhnya?"

Tukang kebun berdiri. Sedikit teriak, ia menjawab.

"Bukan saya, Pak. Bukan!"

"Lantas, bagaimana bisa gunting taman itu ada di kamar nyonya?"

"Itu tadi nyonya pinjam, Pak. Setelah kotak besar pakaian pesanan nyonya datang, nyonya langsung meminjam gunting saya. Lakban itu terlalu tebal untuk dirobek dengan gunting biasa. Jadi saya meminjamkannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun