Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Meja Penghakiman

25 Januari 2021   23:38 Diperbarui: 26 Januari 2021   00:21 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:news.klikpositif.com

"Kehilangan harus diganti dengan kehilangan. Biar semua orang berpikir dan menghormati derajat wanita." Ingin rasanya dia membalas penjahat itu yang sampai sekarang belum ditemukan dan tidak mampu dia lakukan, dengan ketetapan hukuman itu. Biar tahu rasa.

"Tetapi, bila dikebiri, kasihan kehidupan seksualnya. Dia tidak bisa menjadi lelaki sesungguhnya." Lelaki dari utara terus menawar.

Sang wanita yang mulai kelelahan dengan ocehan dua lelaki di depannya kembali bicara.

"Benar itu katanya. Kehilangan pantas dibalas dengan kehilangan. Biar pikiran dan mata lelaki jalang hancur berkeping-keping. Mereka para penjahat seksual tidak layak berahi lagi."

Lelaki dari utara mengambil napas panjang. Dielus-elus dadanya, seakan memberi kesabaran akan kekalahan perdebatan. Dari awal memang mereka sepakat, suara terbanyak adalah pemenang. Sejak saat kesepakatan diputuskan, hukuman itu mulai diberlakukan.

Karena tidak bisa berkata-kata lagi dan perkara telah usai diputuskan, mereka bertiga kembali ke kediaman masing-masing. Keesokan harinya, pemimpin pergerakan utara itu ditemukan sakit keras dan dirawat di rumah sakit.

Dia terserang strok. Otaknya terganggu dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Bagaimana dia harus berhadapan dengan anak dan pamannya yang lusa hendak kembali ke negerinya. 

Dia tidak bisa membayangkan penderitaan anak lelakinya yang akan kehilangan jati diri seutuhnya. Kesedihan dan duka mendalam pun akan berbayang menggelayuti hidupnya oleh sebab pamannya tidak akan dilihatnya lagi. 

Dia tahu, anak lelakinya diam-diam meninggalkan negeri itu karena telah mencabuli seorang wanita. Dia diam-diam tahu pula, siapa orangtua dari wanita yang telah dicabuli anaknya. Orang yang bersitegang dengannya dini hari kemarin.

Sementara pamannya melarikan diri ke daerah lain karena telah mencemarkan nama baik keluarga. Dia menghabisi nyawa ibunya untuk warisan yang telah mereka bagi dua.

...

Jakarta

25 Januari 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun