Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Aku Menulis Kitab Perkabungan

22 November 2020   21:11 Diperbarui: 22 November 2020   22:24 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mulai bosan berbicara kebahagiaan. Hal yang telah, sedang, dan akan dinikmati banyak orang, menjadi kerinduan, dan selalu diharap. Aku yakin, kamu termasuk salah satu dari mereka. Dari dulu, tak pernah kutemukan orang yang takingin bahagia.

"Bahagia benaran?" Banyak. "Pura-pura bahagia?" Lebih banyak. Terkadang, kita memang harus membadut. Melawan kehidupan yang dirundung banyak kesusahan.

Saking umumnya, jarang orang berbicara kesedihan. Dukacita, perkabungan, kematian, lepas dari perhatian. Kalau bisa, jangan pernah dipikirkan. "Itu hak orang-orang?" Tepat. Dan sekarang, izinkan aku menggunakan hakku menuliskannya.

Ayat 1

Seorang lelaki tua tergeletak di atas kasur. Rambutnya memutih dan keriput menghiasi di setiap titik wajahnya. Lelaki itu, pejuang hingga akhir usia. Berjuang, tak sedikit pun merepotkan keluarga.

Malam itu, lelaki itu menunggu anak-anak berkumpul. Yang ditimang sedari kecil, disekolahkan hingga pintar, dan dinikahkan bersama pasangan. Lelaki itu suka mengerjakan hal itu. Kendati, menggerogoti dirinya.

Lelaki itu takbisa banyak bicara. Kepada keempat anak, dia berbisik. "Jangan tangisi ayah. Tetaplah jaga nama baik keluarga kita" Seketika, lelaki itu berpulang diiringi tangisan anaknya dan keteguhan hatinya.

Ayat 2

"Uhuk..uhuk..uhukk" Di dalam kamar utama di rumah megah itu, terdengar batuk keras berulang-ulang. "Udah diminum obatnya, Yah?" Seorang anak merasa khawatir dan terus mengingatkan lelaki tua yang telah membesarkannya.

Di penghujung usia, lelaki itu menderita penyakit komplikasi. Dokter memvonis dan memberi bermacam-macam obat. Mungkin, kelezatan obat lebih sensitif di lidahnya daripada makanan.

Lelaki itu sepanjang hidup berjuang mencari uang, dan uangnya mencari penghidupan baginya. Namun apa daya, uang takbisa menyelamatkan. Lelaki itu akhirnya berpulang di antara belantara obat-obatan di mejanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun