Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rumus Rumit Perkara Seks

25 Oktober 2020   22:53 Diperbarui: 25 Oktober 2020   22:57 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu ada lagi fenomena nikah muda dan poligami. Untuk dua fenomena ini sudah beberapa kali saya bahas, dan memang benar dua fenomena itu sangat erat kaitannya dengan seks untuk kebutuhan biologis. 

Jika nikah muda dan poligami didasari atas perintah agama, bagaimana bisa sebagian orang yang mengaku alim itu bagai tersambar petir ketika almarhum Gus Dur berkata bahwa Al-Qur'an adalah kitab porno? Bukankah apa yang dikatakan mendiang Gus Dur benar adanya? Perkara nikah muda dan poligami sebagai bukti nyata yang sangat relevan dengan saat ini.

Jika pemerintah berupaya mengurangi hal-hal yang berbau porno dan candu, itu terbilang susah. Hitung-hitungan perkara seks tidak sesimpel algoritma dalam matematika. 

Pemerintah berupaya membatasi tempat prostitusi, sedangkan banyak anggota/orang pemerintahan sibuk mencari kepuasan, sibuk memilih pelacur guna memenuhi kebutuhan biologisnya. 

Di Aceh, banyak larangan tentang yang dekat dengan seks, porno, tapi banyak juga orang pemda Aceh yang mencari dan memilih pelacur di luar Aceh guna memenuhi syahwat mereka. Ini benar adanya, dan bagi saya lumrah sekali ketika sudah berbicara mengenai seks.

Namun anehnya, masyarakat kita dididik seolah untuk menjadi pribadi yang munafik. Di media sosial, media massa, media cetak, orang-orang munafik sok suci itu berkata bla bla bla mengenai seks, siksa neraka, siksa zina, dlsb, tapi di satu sisi mereka menjadi pelaku dari aktivitas yang akan mendapat siksaan itu.

Saya rasa belum ada satupun negara di dunia ini yang berhasil mengatasi perkara seks bagi setiap warga negaranya, dan saya pribadi memaklumi hal tersebut. Saya jadi teringat sebuah komentar dari fake account di instagram saya. 

Dia bertanya "lalu apa yang bisa dilakukan untuk menahan kecabulan. Apakah harus dibuatkan UU?", saya menjawab, untuk apa harus ada UU? Perkara kecabulan itu ranahnya personal. 

Kemudian ia sedikit menggelitik dengan berkata "sebaiknya ngapain agar kecabulan itu hilang?". Saya jawab, "banyak, bisa dengan membaca buku, mendengarkan musik, atau beraktivitas apapun agar kecabulan itu hilang sesaat dari otak." 

Dan kolotnya, ia masih tetap bebal, argumennya berputar-putar hingga saya jenuh meladeninya. Intinya, orang itu pro kepada poligami dan nikah muda.

Perkara seks, terlebih untuk menguraikannya sangatlah rumit seperti benang kusut. Dan untuk mencari jawabannya, membutuhkan rumus yang Saya yakin, pasti sangat rumit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun