Lalu teman saya itu sedikit bercerita mengenai temannya yang sudah beristri. Suami -- Istri itu sedang ribut, cekcok. Dirasa tidak ingin terlalu pusing, suami itu pergi ke kedai kopi malam-malam, menghabiskan sebagian malam itu bersama kawan-kawannya.Â
Dan tahukah kamu, Ra, ketika sudah pulang ke rumah, suami itu mengajak istrinya berhubungan badan. Setelah klimaks, konflik yang sebelumnya memanas itu seketika menghilang.
Jika kalian masih ingat dengan tulisan saya yang berjudul "Paradoks Tentang Seks", pasti kalian akan semakin paham, bahwa saat ini menempatkan perkara seks sebagai hal yang tabu, sudah tidak lagi relevan. Semua orang berhak berbicara mengenai seks. Entah itu Pelacur, Ulama, orang awam, bahkan kafir sekalipun.
Masih seputar ngopi dan diskusi tempo hari, konteks yang ia maksud sebenarnya sama dengan hal yang sering saya bahas. Bagi kalian yang sering mengikuti tulisan saya, pasti tidak akan asing dengan tema kali ini, yaitu perkara seks dan kebutuhan.Â
Semua orang yang ribut di luar sana, entah dunia nyata ataupun dunia maya. Semua orang yang tengah berdebat, cekcok, adu argumen bla bla bla, maupun berbeda pilihan politik, pasti mendadak akan kompak, satu barisan ketika sedang mendalami obrolan tentang seks.Â
Ini fakta, dan bagi saya teramat lumrah bila fenomena seperti ini terjadi. Namun anehnya banyak orang yang mengingkari dan melaknat bla bla bla, bersabda tentang UU ITE dan sejenisnya, berkomentar layaknya orang suci yang tidak membutuhkan seks.
Lalu saya berkata kepada teman saya itu, semakin banyak tempat prostitusi dibasmi, situs-situs porno diblokir, maka semakin meningkat pula demand pasar. Ketika demand naik, supply menurun, yang terjadi akan semakin bertambah parah.Â
Pemerkosaan, pelecehan, hingga yang berujung pembunuhan, rata-rata dilatar-belakangi oleh urusan seks dan kebutuhan. Korban pemerkosaan beragam, dari yang lansia, dewasa, anak-anak, bahkan kepada bocah lelaki. Pelaku lelaki biasanya tanpa jaim, memangsa yang dirasa menggoda.Â
Beda lagi dengan wanita, berita terbaru ada seorang wanita yang tewas dibunuh oleh pria yang dipesannya untuk keperluan seks. See? Ini masalah kebutuhan, dan sampai saat ini saya masih tetap mengacu pada hukum supply and demand.\
Beralih ke masalah miras dan narkoba. Indonesia begitu ramai oleh kasus miras oplosan hingga rebusan air pembalut. Itu semua terjadi bersamaan dengan semakin ketatnya aturan pemerintah mengenai bab itu.Â
Hal-hal semacam miras oplosan dan rebusan air pembalut kembali digandrungi bersamaan dengan semakin meningginya harga dua kebutuhan tersebut. Ini kembali lagi ke masaah supply and demand yang saya singgung tadi.