Dulu aku sempat berpikir, tak ada salahnya membuka hati, tak salahnya percaya lagi. Semenjak yang teramat kelam menimpa, rasa Aku ingin sekali bunuh diri. Seperti tak ada yang tersisa. Seperti tak ada yang berharga. Kosong melompong keadaanku saat itu, benar-benar menyakitkan.
Dulu, Aku adalah orang yang dianggap paling bahagia, hingga banyak rasa iri dari diri mereka. Katanya hidupku sempurna. Katanya hidupku tanpa beban. Persetan. Mereka tak tahu jika ada yang kusembunyikan. Tentang cinta. Tentang duka. Tentang lara.
Tapi kini kau tiba-tiba muncul, mengajakku berbicara, mengajakku berkelana. Aku masih tak percaya, apakah kau benar-benar ada? Atau mungkin halusinasiku saja.
Aku lihat sorotan matamu yang indah, begitu mempesona. Damai, menenangkan. Kalem, membuatku terbang. Dan setelah kita menciptakan memori-memori, tiba-tiba kau hilang entah kemana.
Wajahmu samar aku ikuti, langkahmu menghilang begitu saja. Sekarang ini bukan lagi tentang cinta, tentang duka, tentang lara. Tapi tentang kamu, tentang kamu, tentang kamu.
Tentang kamu yang berubah tanpa terdeteksi. Tentang kamu yang menghilang tanpa permisi. Dan tentang kenangan yang tak mungkin Aku buang.
Kembalilah, manisku. Barangkali aku ingin mengecupmu, sebelum aku benar-benar telah pergi.