Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membedah Konsep Berpikir Manusia

27 Juli 2019   21:02 Diperbarui: 27 Juli 2019   21:18 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Hara Nirankara

Kasus di atas, katakanlah "Royal Affairs" sering terjadi pada umat manusia. Terutama yang sedang menjalin sebuah ikatan yang disebut pacaran. Atau, sebuah ikatan dalam rumah tangga. Perselingkuhan, perceraian, poligami, etc. Semua itu tidak akan terjadi jika kita mampu untuk mengendalikan hati serta logika. Menyandingkan logika serta perasaan ke dalam sebuah keheningan. 

Di saat kita sendiri, di tempat yang sunyi tanpa ada satupun gangguan. Kita akan mengalami masa, di mana hati kita rindu kepada orang lain yang selalu menemani kita. Dan logika akan mengarahkan kita kepada kekasih/pasangan kita, bertukar pikiran, saling melengkapi. Aku sering menyebut tempat pertemuan antara logika dan perasaan dengan sebutan Melankofisa. Ya. Melankofisa adalah tempat berkumpulnya segala tragedi.

Logika manusia tidak akan pernah bisa didustai oleh perasaan. Logika yang menentukan benar dan salah. Sedangkan fungsi hati/perasaan adalah sebagai pencipta drama. Telenovela. Pola pikir manusia itu kompleks. Ada yang bertindak berdasarkan logika. Ada yang bertindak berdasarkan perasaan. Tapi yang perlu diingat: di dalam perasaan terdapat sebuah harapan. Dan jangan sekali-kali berharap. Apalagi dengan manusia. Terlebih manusia itu hanya orang lain di dalam hidupmu.

Perkara Royal Affairs ini belum selesai. Saya masih perlu untuk membedah pola pikir yang menjadi dalang dari contoh kasus yang sudah saya tuliskan. Apa sih yang melatar-belakangi sebuah perselingkuhan? Rasa tidak puas kepada pasangan? Ada orang lain yang "lebih" dari pasangan? Kekurangan materi? Atau bahkan kelebihan materi? Apa yang saya sebutkan barusan, semuanya menjadi faktor-faktor dari adanya perselingkuhan. 

Baik suami/istri sama-sama mempunyai ekspektasi ranjang yang berbeda. Maka dari itu saya pernah menyinggung masalah ranjang pada beberapa kesempatan. Biar saya ulangi lagi. Suami, ketika ingin melakukan hubungan ranjang dengan istri, tidak boleh egois. Contohnya begini: Kodir merasakan serangan libido yang sangat hebat sehingga membuatnya ingin melakukan "ena-ena" dengan sang istri. 

Kodir ini meminta kepada istrinya untuk mengiyakan apa yang sedang ia inginkan. Setelah di-iya-kan, Kodir buru-buru melepaskan pakaian dan langsung "menghajar" istrinya tanpa basa-basi. Kodir bermain dengan penuh egois, mementingkan hasratnya sendiri. 

Sedangkan Kodir lupa, istrinya juga perlu dipuaskan. Kodir seharusnya membuat sang istri klimaks terlebih dahulu. Kodir tidak perlu tergesa-gesa mengeluarkan sperma. Puaskan istri terlebih dahulu, buat ia klimaks. Baru setelah sang istri klimak, Kodir menuntaskan urusan ranjang itu dengan keluarnya sperma dari senjata yang ia miliki.

Coba bayangkan. Andai saja Kodir egois, pasti istri akan merasa kurang puas. Dan, jika ekspektasi ranjang sang istri tidak terpenuhi, ia akan mencari lelaki lain yang sanggup untuk memenuhi ekspektasinya. Ini bisa juga terjadi sebaliknya. suami kurang puas dengan urusan ranjang dengan sang istri. Misalnya, yang kerja hanya suami. Sedangkan istri hanya enak-enakan ngangkang dan tidak bekerja. 

Kejadian seperti ini bisa memicu suami selingkuh atau jajan di luar. Coba lihat film bokep. Baik lelaki/wanita, mereka sama-sama bekerja, saling memuaskan. Atau, cobalah iseng bertanya dengan lelaki yang sering jajan di luar walau sudah punya istri. Rata-rata dari mereka berujar bahwa sensasi yang didapatkan sangat berbeda. Apakah perbedaan itu terjadi karena wanita lain dibayar? Oh tidak. Kalau boleh saya bicara  kasar, istri juga dibayar TAPI dengan istilah yang lebih halus. Yaitu nafkah. See? Ini perkara sederhana.

Pola pikir yang menyebabkan Royal Affairs ini sebenarnya sederhana. Kalian hanya perlu saling mengobrol, diskusi. Apakah kiranya yang kurang dari hubungan ranjang yang telah kalian lakukan. Jika memang satu sama lain kurang puas, ya diskusikan saja bagaimana enaknya. Lagi-lagi dalam perkara ini logika menentukan mana yang benar dan mana yang salah. 

Saya sendiri pernah bilang ke salah satu teman saya yang sedang mencari wanita berbayar untuk memenuhi kebutuhannya. Saya bilang kepadanya "untuk apa kamu mengeluarkan uang untuk wanita lain? Berikan saja uangmu itu untuk istri dan calon anakmu daripada harus menjajakannya dengan wanita lain. Masalah urusan ranjang, kalian sudah sama-sama dewasa bukan? Menyatulah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun