Mohon tunggu...
Matrimony Lesmana
Matrimony Lesmana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tukang Sosiologi Budaya

dengan ikhlas dan senang hati menyerukan bahwa perbedaan sosial budaya sama sekali bukan alasan pemisahan masyarakat;

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korelasi Seksualitas Golongan dan Rasa Cemburu dalam Gerakan Anti Pacaran

2 Mei 2020   08:30 Diperbarui: 6 Mei 2020   17:59 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(The Orator (ca. 1920) - Magnus Zeller, sumber: pinterest.com)

Diawali oleh keresahan dari rasa tidak nyaman, karena disadari, bahwa dalam jiwa dan tubuhnya berkembang dan tumbuh 'kelebihan' tanpa bisa dihindari. 'Kelebihan' yang hanya disadari sebagai perbedaan jenis kelamin, yaitu sebagai kemungkinan manusia untuk berdosa, kotor -- tidak suci.

Keresahan akan ke-tidak-suci-an ini akan berlebihan saat orang tidak menemukan jalan keluar untuk mengkomunikasikannya agar mendapat feedback, yakni bagaimana menghadapinya dengan cara yang sehat. Lebih penting lagi adalah mengetahui, bahwa tumbuhnya 'kelebihan' pada dan dalam dirinya bersifat alami, dan dia bukan satu-satunya orang yang  mengalaminya.

Namun bila dibiarkan berlarut-larut, rasa malu ini lebih menjadi belenggu mental daripada membentuk benteng moral. Belenggu yang membuat orang terus melihat dirinya hina. Orang kemudian akan lebih membatasi komunikasi dengan lingkungan luar, hingga pandangan dunianya nanti hanya akan seluas itu.

Di kemudian hari salah satu konsekuensi terbesarnya adalah kans untuk meraih rejeki, yang mana akan cenderung lebih rendah dibandingkan kans pada mereka yang tidak punya masalah dengan dirinya sendiri. Mereka yang percaya diri untuk menjalin komunikasi dengan banyak kalangan di luar lingkungannya sendiri.

Dalam bermasyarakat cepat atau lambat orang akan berkenalan dengan idealisasi dan penilaian umum mengenai gambaran manusia sukses, juga sekaligus mendapat perbandingan bagaimana golongan manusia tidak sukses. Gambaran ini tidak akan pernah dapat dihadang dengan membatasi lingkungan komunikasi, dan ini lumrah dalam hidup bermasyarakat.

[...] pengingkaran 'kedewasaan' tidak lebih dari pemungkiran kodrat manusia sebagai mahluk berakal, [...]

Kini gambaran ideal ini bahkan lebih cepat lagi menjadi persepsi lintas golongan masyarakat. Distribusinya lewat media sosial membuatnya lintas ruang sosial dalam hitungan detik.

Masalahnya kemudian timbul saat sempitnya lingkungan komunikasi ikut menutup jalan menuju kesejahteraan setelah jenjang pernikahan. Tanpa kesibukan rutin seperti bekerja atau mencari nafkah sebagai tanggung-jawab terhadap keluarganya, orang akan lebih banyak waktu untuk berandai-andai tentang keadaan yang tidak ia miliki.

Daripada memberanikan diri keluar dari lingkungan sempit untuk menjemput bola, dalam keadaan ini kebanyakan orang cenderung cukup puas dengan mengomentari rumput tetangga yang akan selalu lebih hijau. Pilihan ini sangat cenderung didasari oleh pilihan di masa mudanya, yang melalui anti pacaran mengurangi kesempatan membawa diri untuk berkenalan dengan lebih banyak orang, karena ketakutan akan kemungkinan dikecewakan atau juga takut berdosa.

Pada akhirnya pengingkaran ‘kedewasaan’ tidak lebih dari pemungkiran kodrat manusia sebagai mahluk berakal, dengan mengkerdilkan seksualitas hanya sebagai pemenuhan fungsi reproduksi seperti halnya pada dunia fauna. Sehingga manusia tidak punya pengetahuan dan pengalaman belajar mengontrol dirinya sediri.

[...]  tapi punah sebagai homo sapiens, mahluk yang berakal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun