Mohon tunggu...
Matrimony Lesmana
Matrimony Lesmana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tukang Sosiologi Budaya

dengan ikhlas dan senang hati menyerukan bahwa perbedaan sosial budaya sama sekali bukan alasan pemisahan masyarakat;

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korelasi Seksualitas Golongan dan Rasa Cemburu dalam Gerakan Anti Pacaran

2 Mei 2020   08:30 Diperbarui: 6 Mei 2020   17:59 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(The Orator (ca. 1920) - Magnus Zeller, sumber: pinterest.com)

Saat ini baru mengkomunikasikan keberadaannya pada fisik dan mental manusia (bukan mengkomunikasikan detail 'praktekannya'!) sudah sering terganjal oleh persepsi yang berkembang dengan dasar tabu atau kesusilaan.

Tabu atau kesusilaan sendiri adalah konstitusi sosial, pemisah antara suci dan tidak suci. Sementara itu seksualitas terus tumbuh dalam diri manusia beserta seluruh 'panggilan alamnya'.

Usaha pengingkarannya sering kali didapati berazas 'menjauhkan setiap manusia dari kedewasaan', terutama bila latar-belakang pemikirannya adalah menjaga kesucian. Kelihatannya yang menjadi patokan adalah menjaga keadaan seperti 'anak kecil yang belum berdosa'.

Seperti halnya perilaku negatif anak-anak akan lebih sering disebut kenakalan, dan bukan kejahatan. Jadi, pengertian dari azas pengingkaran di atas adalah membatasi perkembangan mental manusia hanya sampai pada tahap perkembangan mental anak-anak.

Tahap di mana manusia dianggap belum cukup umur dan akal untuk bertanggung-jawab.

Pembatasan perkembangan mental ini mengembalikan jiwa manusia ke saat di mana pangkuan ibu menjadi sumber utama dari rasa aman dan nyaman. Kembali ke situasi di mana rasa cemburu lebih dominan daripada akal, seperti pada perasaan balita yang tidak ingin sedikitpun berbagi ibunya dengan orang lain.

Bagi manusia dewasa rasa aman dan nyaman tersebut idealnya sudah datang dari kesejahteraan atau kemakmuran. Dengan mencapainya seorang manusia dipandang telah mampu untuk bertanggung-jawab atas manusia(-manusia) lain.

Jalan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran akan terbuka lebih lebar dengan kedewasaan bersikap dalam bentuk kemampuan membawa diri -- kecakapan bermasyarakat. Kecakapan ini berbasis pada rasa percaya pada diri sendiri.

Rasa ini membuat orang merasa leluasa berkomunikasi lebih luas sekalipun di luar lingkungannya.

[...], rasa malu ini lebih menjadi belenggu mental daripada membentuk benteng moral.

Sebaliknya pengingkaran terhadap 'kedewasaan' mampu mencetuskan rasa malu yang berlebihan. Sampai-sampai orang merasa perlu menyembunyikan dan menutup diri semaksimal mungkin, hingga tidak dapat dikenali lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun