Dia mengatakan, untuk mengetahui secara jelas terkait titik hawa panas di depan pantai khususnya di laut, harus membutuhkan penelitian agar nantinya menyajikan data secara ilmiah. Â Karena, kata dia, hingga sejauh ini, warga di desa Tawa hanya mengetahui hawa panas berada pada tiga lokasi.
Lokasi pertama, lanjut dia, berada di wisata air panas atau dikenal dengan Jiko Pado-Pado (Tanjung Kusta), disebut demikian karena orang yang memiliki penyakit kusta sering berobat di tempat ini.
Kemudian lokasi kedua disebut Jiko Kapita (Tanjung Panglima Perang) penyebutan demikian karena menurut Yesaskar, di era kesultanan Bacan dahulu kala, tanjung ini pernah manfaatkan oleh panglima perang kesultanan Bacan untuk mengusir penjajah.
"Kalau titik Hawa panas tertinggi berada di Tanjung Boki atau Tanjung kucing, disebut air panas ketiga, yang letaknya berdekatan dengan desa Songa Bacan Timur Tengah," jelasnya.
Yesaskar bilang, terkait legenda Gam Jaha memang belum begitu terkenal seperti cerita rakyat Tolire besar maupun Tolire kecil di kota Ternate. Untuk itu, penuturannya tentang legenda Gam Jaha hanya berdasarkan cerita para tetua di kampungnya.
Sehingga, ia menyarankan untuk mengetahui cerita sesungguhnya dari pulau Gam Jaha, harus melakukan riset secara mendalam, agar nantinya dapat mengungkap fakta-fakta ilmiah dan kemudian mengkomparasikan dengan hal-hal yang diyakini sebagai fakta oleh masyarakat hingga saat ini.
"Yang pasti bahwa di pulau Gam Jaha, memang menyajikan berbagai keunikan, serta hal-hal yang dianggap sangat supranatural," pungkasnya. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI