Mohon tunggu...
Hilma Nuraeni
Hilma Nuraeni Mohon Tunggu... Content Writer

INFP-T/INFJ Book, nature, classical music, and poem🍁 Me and my writing against the world 🌼

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Minim Apresiasi, Sekali Salah Langsung Dianggap Tak Berguna

25 Juli 2025   12:30 Diperbarui: 27 Juli 2025   10:23 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Apresiasi & Sumber: Pexel/RDNE Stock project)

Hubungan cinta seharusnya jadi tempat saling memuliakan, bukan saling menjatuhkan. Tapi kadang, ketika cinta tidak dibarengi dengan penghargaan, yang tumbuh bukan rasa sayang... tapi rasa hampa.

Ada yang selalu mengusahakan segalanya dalam hubungan. Meninggalkan ego, menjaga komunikasi, mencoba mengerti, membuktikan keseriusan. Tapi pasangan justru diam saja, menganggap itu wajar, bahkan tidak memberi balasan yang setimpal. 

Namun ketika dia tidak sempat balas chat sekali, langsung dituduh berubah. Ketika tidak bisa hadir di suatu momen karena urusan darurat, langsung dicap tak peduli.

Cinta yang hanya menghitung kesalahan adalah cinta yang menyiksa. Hubungan seperti itu menciptakan rasa tidak aman yang dalam. 

Satu terus merasa kurang, yang satu lagi terus merasa paling benar. Lama-lama bukan hubungan sehat, tapi perang batin yang dibungkus romantisme palsu.

Jika kamu mencintai seseorang, hargai usahanya. Jangan cuma hadir untuk menilai salah benarnya, tapi juga beri ruang untuk prosesnya. Apresiasi adalah bentuk kasih sayang paling sederhana yang bisa menghidupkan hati yang hampir mati.

Tempat Kerja: Apresiasi Hilang, Produktivitas Ikut Mati

Karyawan yang dihargai akan bekerja dengan semangat. Tapi karyawan yang hanya ditekan, hanya dinilai dari target, dan hanya disorot saat gagal, akan mulai kehilangan semangat hidup.

Di dunia kerja, banyak orang berlari kencang tanpa pernah tahu apakah mereka dihargai. Mereka lembur, memikirkan strategi, menangani pelanggan sulit, dan berjuang menyeimbangkan hidup. Tapi atasan cuma muncul saat marah. Tidak ada pujian saat target tercapai, tidak ada ucapan "kerja bagus" saat mereka mengatasi krisis.

Lalu ketika satu klien kecewa, semua tudingan diarahkan ke satu orang itu. Tanpa klarifikasi, tanpa ruang pembelaan. Padahal satu kesalahan tidak sebanding dengan seratus kontribusi sebelumnya.

Tempat kerja yang manusiawi tahu bahwa apresiasi bukan bonus tahunan, tapi budaya sehari-hari. Sebuah ucapan "terima kasih" bisa meningkatkan moral tim lebih dari sekadar gaji besar. Tapi sayangnya, banyak yang lebih cepat mengeluarkan kata "kurang" dibanding kata "terima kasih".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun