Anak-anak yang sering dimarahi tapi jarang dihargai akan tumbuh jadi orang dewasa yang terus merasa tidak cukup baik, meski sudah memberikan segalanya.
Sebuah keluarga yang sehat adalah yang tahu cara menghargai proses, bukan cuma menuntut hasil. Yang tahu bahwa ucapan sederhana seperti "terima kasih ya, kamu hebat" bisa menyelamatkan mental seseorang dari kehancuran. Dan yang sadar bahwa mengkritik boleh, tapi jangan lupa mengapresiasi.
Karena diam-diam, banyak anak yang tumbuh jadi orang dewasa yang patah... hanya karena mereka tidak pernah merasa cukup baik di mata keluarganya sendiri.
Lingkungan: Sorotannya Kencang Saat Salah, Tapi Buta Saat Kita Berbuat Benar
Kadang kita bisa melakukan sepuluh hal baik di lingkungan sekitar, tapi semua itu hilang hanya karena satu kesalahan kecil. Seolah satu noda menghapus seluruh catatan kebaikan kita. Ironis, ya?.
Lingkungan seperti ini tidak sehat. Tapi sayangnya, cukup umum terjadi. Kamu menjadi panitia acara, bekerja di balik layar, berusaha sebisa mungkin menyukseskan kegiatan, tapi tak ada yang mengucapkan terima kasih. Tak ada yang peduli berapa malam kamu begadang, berapa banyak kompromi kamu lakukan.
Lalu kamu lupa satu hal kecil. Mungkin salah sebut nama, mungkin salah informasi sedikit, mungkin kamu hanya lelah. Seketika kamu jadi kambing hitam. Dibicarakan di belakang, dijadikan bahan lelucon, bahkan dianggap "gak becus kerja".
Masalahnya, kita hidup dalam masyarakat yang lebih senang mencari kesalahan orang lain dibanding mengenali usaha. Budaya saling menyalahkan lebih cepat menyebar daripada budaya saling mendukung.
Padahal, lingkungan yang baik bukanlah yang menunggu seseorang jatuh untuk merasa unggul, tapi yang siap memeluk ketika salah dan memberi tepukan saat berhasil.
Kalau kamu tak bisa membantu seseorang merasa dihargai, setidaknya jangan membuatnya merasa sia-sia.
Hubungan Romantis: Ketika Cinta Tak Lagi Menghargai, Hanya Menuntut