Solusi untuk masalah ini tidak cukup hanya dengan berkata, "Ya sudah, tinggalkan saja laki-laki itu." Karena kerusakannya terjadi dalam lapisan yang lebih dalam. Maka penyelesaiannya pun harus menyentuh akar permasalahan. Logis, namun penuh empati.
1. Kenali dan Pulihkan Diri.
Proses penyembuhan dimulai dari pengakuan bahwa kita pernah kehilangan jati diri. Maafkan diri sendiri. Tidak ada yang salah karena mencintai. Yang perlu disesali adalah saat kita berhenti mencintai diri sendiri. Ambil waktu untuk mengenali ulang, siapa aku, apa yang aku suka, apa yang ingin aku capai?
2. Bangun Self-Worth yang Sehat.
Kamu tidak perlu menjadi versi tertentu agar pantas dicintai. Kamu pantas dicintai sebagai dirimu. Belajar mencintai dan menghargai diri sendiri adalah fondasi penting agar tidak lagi jatuh ke dalam pola hubungan yang destruktif.
3. Jadikan Relasi sebagai Ruang Bertumbuh, Bukan Berkorban.
Cinta seharusnya membuat kita berkembang, bukan mengecilkan diri. Dalam hubungan yang sehat, dua orang tumbuh bersama. Mereka mendukung satu sama lain menjadi versi terbaik dari dirinya, bukan versi yang dikontrol oleh pasangan.
4. Belajar Menetapkan Batas (Boundaries).
Katakan tidak jika ada hal yang membuatmu tidak nyaman. Jangan takut kehilangan orang yang tidak bisa menerima batasmu. Karena mereka bukan kehilangan, mereka adalah penyelamatmu dari luka yang lebih dalam.
5. Bersandar pada Support System yang Sehat.
Dikelilingi oleh teman, keluarga, atau komunitas yang suportif akan membantu kita kembali menguat. Jangan takut mencari bantuan profesional jika luka terasa terlalu dalam. Terapi bukan tanda lemah, tapi tanda kamu ingin sembuh.