Mohon tunggu...
Hilma Nuraeni
Hilma Nuraeni Mohon Tunggu... Content Writer

INFP-T/INFJ Book, nature, classical music, and poem🍁 Me and my writing against the world 🌼

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

All Because I Liked a Boy : Ketika Perempuan Kehilangan Diri Sendiri demi Cinta yang Tak Seimbang

24 Mei 2025   20:20 Diperbarui: 24 Mei 2025   20:18 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Pexel/ Mukesh Mohanty)

Semua itu terjadi pelan-pelan. Tidak langsung. Tapi menyelinap dalam bentuk perhatian, permintaan kecil, atau ancaman emosional yang dibungkus manis. Sampai akhirnya, aku tidak tahu lagi siapa aku. Semua karena aku menyukai seorang laki-laki.

Penyebab yang Jarang Kita Sadari

Masalah ini tidak berdiri sendiri. Ia tumbuh di dalam sistem yang membentuk cara berpikir perempuan tentang cinta, tentang identitas, tentang nilai diri.

1. Budaya Patriarki yang Masih Kuat.

Perempuan dibesarkan dengan keyakinan bahwa nilai dirinya akan lebih lengkap jika memiliki pasangan. Bahwa tujuan akhirnya adalah menjadi "pendamping" yang baik. Dan pendamping itu, katanya, harus menyesuaikan, melayani, mengalah. Maka, ketika perempuan bertemu laki-laki yang ia cintai, seluruh jati diri bisa jadi tawarannya demi status sebagai "perempuan yang cukup baik untuk dicintai".

2. Kurangnya Self-Awareness dan Self-Worth.

Banyak dari kita yang tumbuh tanpa dibekali pemahaman tentang harga diri. Tentang batas sehat dalam relasi. Kita tidak diajarkan untuk melihat cinta sebagai hubungan dua insan yang setara. Akibatnya, kita menganggap kehilangan diri sendiri sebagai bagian dari cinta, bukan sebagai red flag.

3. Ketakutan Akan Penolakan dan Kesendirian.

Ketika seseorang sangat takut ditinggal, ia akan melakukan apapun agar tetap dicintai. Termasuk menjadi bukan dirinya sendiri. Laki-laki menjadi pusat gravitasi, dan perempuan rela mengelilinginya tanpa arah.

4. Romantisasi Toxic Relationship.

Film, lagu, dan cerita yang kita konsumsi sejak kecil seringkali mengagungkan cinta yang penuh air mata, drama, dan pengorbanan ekstrem. Padahal cinta yang sehat seharusnya mendewasakan, bukan memerosotkan. Tapi kita tidak tahu itu, karena kisah Cinderella lebih dikenal daripada kisah perempuan yang memilih dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun