p { margin-bottom: 0.08in; }
P Untuk Piranha
[caption id="attachment_184973" align="alignleft" width="300" caption="P untuk Piranha (Cerpen Hilal Ahmad)"][/caption]
Nabila masih mematut-matut diri di depan cermin. Hmm, ini bukan cermin sembarang cermin. Gadis berambut lurus sebahu dengan poni menyamping kanan itu berdecak kagum.
“Ya ampun ada putri deh di depan gue,” ujar Nabila cekikikan mengomentari pantulan wajahnya di cermin.
“Putri tidur,” samber Monika yang sedari tadi pasang tampang bete di sampingnya.
“Idih sirik aja.”
“Hadooh Non, buruan kali. Udah kayak di rumah aja deh dandannya, rempong. Ditunggu di lapangan tuh, pertandingan basketnya mau mulai,” Monika langsung menarik tangan Nabila keluar dari toilet.
Saat keduanya keluar ruang yang berada di pojok jajaran kelas dekat lapangan yang biasa dipakai upacara itu, langsung disambut cahaya berkilauan. Bukan blits para wartawan, tapi cahaya matahari yang menyengat.
“Haduh kulit gue!”
Monika langsung pasang wajah sebal. Nih anak manja banget, sih, begitu pikir Monika. “Yaelah Nabila Abragail Abregol, lu kenapa sih seharian ini banyak ngeluh banget,” Monika mendelikkan matanya dan tanpa ampun menyeret sahabat karibnya itu ke tengah lapangan.