Jakarta - Film pendek religi terbaru berjudul Dajjal di Sekolah tengah mencuri perhatian setelah penayangan perdananya dalam sebuah forum komunitas film independen. Disutradarai oleh Muhammad Redho dan diproduksi oleh MRD Pictures, film ini menghadirkan cerita yang unik dan penuh perenungan seputar krisis keimanan remaja masa kini.
Film ini dibintangi oleh Ana Tasya Lalita, Yorin Asifa Muhammad Redho, termasuk Cindy, Santi, dan Mr. Erwin -- karakter yang menggambarkan konflik antara pengetahuan, ketakutan, dan spiritualitas di lingkungan pendidikan.
Dajjal di Sekolah mengisahkan tentang Cindy (diperankan oleh Ana Tasya Lalita), seorang siswi yang mulai mempertanyakan ajaran yang ia terima di sekolah setelah sebuah diskusi tentang Dajjal memicu perdebatan besar. Bersama temannya Santi, mereka terjebak dalam situasi di mana keyakinan dan logika saling berbenturan, dan sang guru, Mr. Erwin, menjadi sosok pemicu sekaligus penengah.
Dengan durasi singkat namun penuh makna, film ini mengeksplorasi isu keagamaan dengan pendekatan psikologis dan narasi yang kuat. Sinematografi minimalis dan dialog yang tajam membuat penonton terdiam di akhir cerita.
Film pendek ini rencananya akan dikirimkan ke beberapa festival film nasional, termasuk Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) tahun ini. Sang sutradara berharap karya ini bisa menjadi bahan refleksi, terutama bagi generasi muda yang tengah mencari jati diri di tengah arus informasi dan dogma.
Sinopsis Film Pendek Fitnah Dajjal
Cindy, seorang remaja perempuan, mulai lalai dalam menjalankan kewajiban agamanya. Ia sering membantah ibunya dan enggan mengaji. Perilakunya yang semakin menyimpang membuat ibunya khawatir. Dalam tidurnya, Cindy mengalami serangkaian mimpi yang mengerikan tentang kedatangan Dajjal, makhluk akhir zaman yang membawa fitnah terbesar bagi umat manusia.
Dalam mimpi-mimpi tersebut, Cindy menyaksikan orang-orang terdekatnya --- seperti sahabat dan keluarganya --- satu per satu terjerumus dalam tipu daya Dajjal. Mereka kehilangan arah, terbuai oleh kemewahan dan kenikmatan dunia yang ditawarkan. Cindy pun melihat dirinya hampir ikut terseret, kehilangan keimanan dan menjauh dari ajaran Islam.
Mimpi-mimpi itu seolah menjadi peringatan. Di tengah kebingungan, Cindy mulai merenung. Ia menyadari bahwa kehidupan duniawi yang ia kejar tidak akan memberikan ketenangan sejati. Terombang-ambing antara kesenangan dunia dan tuntutan agama, Cindy mulai mencari jalan kembali. Ia perlahan berubah --- mulai kembali mengaji, mendengarkan nasihat ibunya, dan memperbaiki perilaku sehari-harinya.