Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Hari Kemerdekaan, Haruskah dengan Upacara Bendera?

6 Desember 2019   23:42 Diperbarui: 6 Desember 2019   23:38 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka yang berkoar-koar mengatasnamankan agama telah mengoyak persatuan negara Indonesia dengan menyebarkan kebencian kepada umat beragama yang lain. 

Lebih parah lagi, kelompok intoleran ini sudah masuk di level pemerintahan bahkan meracuni anggota dewan serta PNS. Sampai-sampai, (mantan) Mendagri Tjahjo Kumolo sempat mengatakan bahwa pemerinta memasukkan soal tentang radikalisme dalam tes seleksi CPNS.

Memang tidak semua anggota dewan, pejabat negara, dan PNS adalah koruptor atau mereka yang memberikan layanan sekenanya. Biasanya merkea disebut 'oknum' untuk mengamankan korps. Saya sendiri belum menemukan istilah yang tepat untuk orang-orang jenis seperti ini.

Ahok , eh maksud saya BTP, yang jelas-jelas menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang mencintai Indonesia malah dianggap sebaliknya. Ketika namanya masuk dalam bursa orang yang digadang-gadang masuk ke BUMN, berbagai macam demo dan komentar negatif bersliweran di dunia maya.

Berbicara tentang korelasi upacara bendera dengan cinta tanah air, saya melihat hal yang menarik di Finlandia. Tingkat korupsi di negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia ini bisa dibilang sangat rendah. Bahkan, survei sederhana terkait dengan kejujuran yang dilakukan dengan meninggalkan dompet berisi uang menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di Finlandia menjunjung tinggi kejujuran. Ini yang saya katakan sebagai contoh nyata tentang cinta tanah air.

Menariknya, Finlandia tidak menerapkan upacara bendera, yang katanya untuk menanamkan rasa cinta tanah air, seperti di Indonesia. Namun, kenyataan di masyarakat justru menunjukkan hal itu dengan nyata. Diskriminasi sangat minimum, bahkan orang lokal yang ketahuan menghina orang asing dari kawasan tertentu pun mendapatkan hukuman dan denda yang lumayan besar. 

Gereja menolong mereka yang membutuhkan tanpa memandang agama dan bangsa. Ini berdasarkan pengalaman saya sendiri terlibat sebagai salah satu sukarelawan program tersebut. Berbagai macam organisasi nir-laba juga mengerjakan hal yang sama. Bukankah ini yang dinamakan wujud nyata cinta tanah air dengan memberikan diri untuk menjadi berkat bagi mereka yang membutuhkan?

Penutup

Saya saat ini dalam posisi 'menggugat' upacara bendera yang dikaitkan dengan menanamkan rasa cinta tanah air. Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada semua guru PMP saya, mohon maaf, saya belum melihat korelasi dari keduanya. 

Apa sebenarnya esensi upacara bendera? Apakah upacara bendera masih perlu dilakukan? Saya sendiri belum menemukan jawabannya. Oleh karena itu mari kita berdiskusi seberapa penting kita mengadakan upacara bendera. Paling tidak, itu akan membuka pikiran saya yang masih terbatas ini.

Salam kompasiana dari Finlandia yang sedang merayakan 102 tahun kemerdekaannya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun