Mohon tunggu...
Hesty Trimurti Gorang
Hesty Trimurti Gorang Mohon Tunggu... Buku gudang ilmu

📝Penulis buku : Pena Pedang Penulis, Muslimah Kanan. 📝Anggota di FLP NTB 🔮Pemilik blog : Lancarberbahasa.com Penulis buku : Muslimah kanan, Jangan Menulis Nanti Keliling Dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Pendidikan Bermutu dengan Membaca Buku

21 September 2025   11:38 Diperbarui: 21 September 2025   11:38 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal pendidikan bermutu artinya kita berbicara bagaimana melahirkan generasi bangsa yang berprestasi, melahirkan generasi yang mampu berdaya saing. Namun, mirisnya pendidikan sekarang bertolak belakang dengan apa yang diharapkan. 

Pembulian terjadi di mana-mana, kekerasan seksual yang terus meningkat, serta hal-hal lain yang terus merusak sistem pendidikan itu sendiri. Hal-hal seperti ini bukan terjadi karena prestasi anak-anak menurun, bukan pula sistem akademik yang kurang afektif. 

Akan tetapi, kurangnya akhlak dan adab yang dibangun dalam diri anak-anak. Jika pendidikan terus melahirkan generasi penerus seperti ini. Apakah bisa dengan pendidikan bermutu para siswa hadapi tantangan abad 21? 

Dalam buku Mengasah Pola Pikir Anak yang ditulis oleh Abdul Karim bakar, mengatakan bahwa pendidikan juga bertujuan untuk menumbuhkan generasi yang berkomitmen terhadap ajaran-ajaran agama. Mampu menyikapi kondisi-kondisi yang terjadi pada masanya, serta disiplin dan mampu memikul tanggung jawab yang ada di pundaknya. 

Maka, dari itu kita selaku pendorong lahirnya generasi pendidikan yang bermutu baik guru, orang tua, dan masyarakat harus berusaha membantu membangun generasi yang berakhlak dan beradab. 

Nah, salah satu caranya adalah dengan membaca. 

Kata Suherman dalam bukunya yang berjudul Bacalah,"Pendidikan tanpa membaca bagaikan raga tanpa ruh".

Pendidikan sekarang bukan lagi persoalan bagaimana meningkatkan nilai dan prestasi semata. 

Karena pendidikan juga harus dipadankan dengan akhlak dan adab. Karena kedua hal ini penting untuk ditentukan pada diri semua peserta didik. 

Buku dikatakan sebagai gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya. Polemik membaca saat ini adalah ada pada tidak adanya sebuah dukungan dari masyarakat, guru, dan terutama orang tua. Maka, mari mulai membangun budaya membaca. Minimal dari lingkungan rumah sendiri. Dan yang menjadi tanggung jawab atas ini adalah orang tua di rumah. 

Hadirkan buku-buku sebagai bahan untuk menarik perhatian anak-anak. Ajak mereka untuk mengenal dengan alam baca. Apalagi diajak sejak dini. 

Kenapa harus dengan membaca?

Coba kita kembali pada masa lalu. Sejarah menuliskan bahwa ayat pertama yang diturunkan oleh Allah untuk baginda Rasulullah adalah ayat yang memerintahkan untuk membaca. Allah sendiri menegaskan hal itu dengan menggunakan kata kerja perintah "Bacalah".

Dari membaca kita tahu apa yang awalnya tidak kita ketahui, dengan membaca seseorang bisa melakukan apa yang tidak bisa dia lakukan, yang diam bisa bergerak, yang pasif bisa menjadi aktif. Maka, untuk bisa menambah keahlian, menambah ilmu, dan mengubah akhlak dan adab. Adalah dari membaca itu sendiri. 

Apa yang harus dibaca?

Masih dalam buku Suherman. Beliau mengatakan bahwa yang harus dibaca adalah segala sesuatu yang tertulis secara tekstual maupun non tekstual. Ini berarti menunjukkan sebuah usaha serius untuk menempatkan diri pada derajat tertentu agar sejajar dengan derajat para ulama dan cendekia. Berarti dalam hal ini kita harus meniru apa yang dilakukan oleh maha guru peradaban terdahulu. Yaitu dengan membaca. 

Pendidikan milik bersama.

Pendidikan adalah kunci kemajuan sebuah negara. Hanya melalui pendidikan. Baik formal maupun in formal kita bisa mengubah masyarakat menjadi lebih baik dan lebih berguna bagi bangsa Indonesia dan tanah air (Pangkas Kreang: 2017) 

Lantas siapa yang bertanggung jawab untuk membangun pendidikan yang bermutu untuk menghadapi abad 21 ini? 

Tentu semua pihak. Baik orangtua, masyarakat, dan Guru-guru di sekolah. Ketiganya harus berjalan selaras dengan apa yang menjadi tujuan pendidikan itu sendiri. 

Fokus kita pada pendidikan bermutu yang melahirkan generasi berakhlak dan beradab dengan terus melahirkan kebiasaan membaca. Maka, lahirkan kebiasaan tersebut dari rumah. Tentunya dalam hal ini orang tua akan menjadi penanggung jawabnya. 

Tidak sampai di sana. Saat berada di sekolah guru pun harus membagi dukungan penuh untuk melahirkan generasi melek baca. Dengan mengadakan hari literasi agar anak-anak lebih dekat dengan buku. Nah, begitu pun dalam masyarakat. Bisa dibuat taman baca yang nyaman untuk menumbuhkan rasa cinta pada buku itu sendiri. 

Dengan adanya suport sistem seperti ini akan terlahir generasi penerus bangsa. Yang lahir bukan karena pintar dalam akademik saja. Melainkan pintar dengan akhlak dan adab yang baik untuk melahirkan pendidikan bermutu. Sehingga pada akhirnya mereka mampu hadapi tantangan abad 21 dengan akhlak dan beradab. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun