Mohon tunggu...
Hery Wibowo
Hery Wibowo Mohon Tunggu... Kolumnis dan Praktisi Pendidikan

Berjuang untuk memajukan Pendidikan Karakter

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Inspirasi Parenting: Pengasuhan berbasis Hidup Bermakna untuk Mendidik Pemuda

9 Juni 2025   11:41 Diperbarui: 9 Juni 2025   11:42 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting Life Based Parenting

Bismillah, selamat berjumpa kembali Ayah Bunda Indonesia. Kali ini, tim Parenting Al Jauzi kembali hadir untuk memberikan sedikit ataupun secercah inspirasi. Bahasan pada tulisan di kesempatan ini adalah tentang, bagaimana menumbuhkembangkan anak-anak kita menjelang memasuki masa pemudanya. Menjelang memasuki masa aqil baligh-nya. Masih dalam payung pengasuhan berbasis hidup bermakna (meaningful life based parenting), namun secara khusus ditujukan pada tahap perkembangan pemuda.

Tentu ada banyak dimensi fitrah yang perlu diperhatikan, namun demikian satu fitrah utama dan sekaligus sebagai lokomotif tentunya adalah fitrah keimanan. Dr Nouman Ali Khan, salah seorang inspirator muslim, dalam berbagai ceramahnya, seringkali mengingatkan akan pentingnya orang tua membangun keimanan (faith) anak. Artinya, aktivitas pengasuhan perlu memiliki tujuan, perlu memiliki target yang dijadikan pedoman. Perlu terminal tujuan yang secara konsisten dijadikan kompas arah. Nah, apakah itu? Ya, tentu saja ini adalah pengembangan fitrah keimanan. Peneguhan kekuatan iman dan keyakinan kepada agama yang dianut.

Artinya, hal penting yang perlu selalu Ayah Bunda perhatikan adalah bahwa, tujuan utama dari proses pengasuhan dan pendidikan anak adalah menumbuhkembangkan dan menguatkan keimanan mereka. Membuat mereka percaya diri tanpa ragu menjalankan syariat agamanya. Nah, tahapan pentingya adalah ketika anak menjelang memasuki masa aqil baligh, yaitu sekitar usia 11-15 tahun.

Maka, berikut penjelasannya

  • Didiklah anak agar memiliki keyakinan, bahwa agama yang dianutnya sekarang bukanlah sekedar dimiliki karena 'sekedar' turunan dari kedua orang tuanya. Agama yang dianut mengandung amanah dan tanggung jawab. Ini adalah kepercayaan dari Sang Pencipta. Sebagai contoh, pemeluk agama Islam meyakini bahwa setiap orang memiliki tujuan serta maksud penciptaannya masing-masing ataupun "the purpose of life" dan "the meaning of life". Maka, penghayatan ini akan mendorong anak terus mencari makna hidupnya, mencari jawaban atas pertanyaan "untuk apa saya diciptakan?", "apa yang bisa saya lakukan untuk agama saya?", "kontribusi apa yang dapat saya sumbangsihkan kepada masyarakat?" Artinya, pemahaman bahwa tidak ada satu tujuan penciptaanpun yang sia-sia. Setiap manusia diciptakan dengan maksud dan tujuan tertentu, selaras dengan keyakinan beragamanya. Melalui pemahaman ini, diharapakan anak dimasa depan akan tegar, tegas dan terarah dalam melangkah. Mereka mengerti kemana harus melangkah. Mereka paham apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Mereka percaya diri mengejar hal yang benar dan bermakna bagi diri dan keluarganya.
  • Bangun rasa percaya diri anak dengan nilai-nilai keagamaan yang dianutnya. Bangun keteguhan hatinya terhadap syariat agama yang dipeluknya. Sebagai contoh keluarga dapat membiasakan anak perempuan berhijab dari sejak usia (dini) tertentu, yang disertai dengan contoh dari orang tuanya atau kakak-kakaknya. Kemudian sering diajak ke tempat yang memang menjunjung tinggi nilai-nilai tertentu. Sehingga anak terbiasa untuk bahkan "berbeda" dengan keumuman lingkungan sosialnya. Hal ini penting untuk membentuk jatidiri anak, sehingga tidak mudah terombang-ambing ragam arus pengaruh yang datang. Mereka akan 'merdeka' dengan pilihan syariatnya, tanpa harus terpengaruh oleh apapun trend disekitarnya. Mereka merdeka dalam beragama, dan konsisten menjalankan hidup sesuai syariat agama. Tidak terbelenggu oleh trend yang datang silih berganti. Tidak terbelenggu oleh FOMO, yang hari ini seakan menjadi 'status sosial' baru. Tidak terlalu memperdulikan apa kata orang, namun sangat peduli terhadap apa yang agama tuntut bagi dirinya.
  • Keinginan untuk belajar terus menerus. Membangun kebutuhan akan ilmu yang akan memandu hidup. Hal ini adalah bekal penting bagi anak ketika memasuki masa pemuda, yaitu kesadaran bahwa kelak, membangun keluarga membutuhkan panduan ilmu. Membutuhkan pemahaman mendalam tentang syariat agama. Maka, inilah tantangan bagi orang tua. Bukan sekedar membuat anak 'pintar' sesuai jamannya, namun sebaliknya, yaitu senantiasa 'haus' dan merasa harus terus belajar. Terus diingatkan bahwa samudra ilmu agama sangat luas, dan perlu disediakan waktu untuk mempelajarinya.

Nah, Ayah Bunda Indonesia, berikut untaian inspirasi hari ini dari Ruang Belajar Al Jauzi. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua, khususnya bagi Ayah Bunda yang sedang berjuang mendidik putra-putrinya yang beranjak dewasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun