Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Menapak Jejak dari Gunung Lawu ke Merbabu

21 Februari 2025   09:48 Diperbarui: 21 Februari 2025   16:34 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejak tapak ke makam IBS/Foto: Kandar

Pengalaman menarik lainnya terjadi saat IBS menjadi Kepala Afdeling (Bagian Kebun) Babadan dan ingin memperbaiki rumah karyawan yang kebanyakan kurang layak (cerita "Glumut"). 

Perbaikan disetujui pimpinan kebun dan direksi perusahaan, dengan syarat menggunakan kayu dari kebun perusahaan. Kesulitan dialami berkaitan dengan penggergajian kayu. Tidak mungkin menggunakan tenaga karyawan karena akan mengganggu pekerjaan kebun. 

Tambah sulit lagi karena ongkos penggergajian yang ditentukan perusahaan jauh di bawah standar umum yang berlaku. Akibatnya, penggergaji dari luar banyak yang tidak tertarik.

Untungnya dewa penolong muncul. Atas bantuan mandor Rusmanto, datanglah dua penggergaji tradisional dari dusun Gedongan. Satu agak tua dan satu lagi agak muda, berusia empat puluh tahunan. 

Tukang gergaji muda, ukuran tubuhnya sedang-sedang saja. Kulit kuning, wajah tampan, sering main kethoprak dengan peran bambangan (ksatria), namanya Glumut. 

Awalnya IBS tidak percaya kalau Glumut bekerja sebagai blandhong (penggergaji). Dalam bayangan IBS, tampilan blandhong berbadan kekar berotot, kulit hitam terbakar matahari, garis wajah kaku, pembawaannya lugas dan keras. 

Tetapi setelah dua hari bekerja, barulah IBS percaya jika Glumut merupakan blandhong luar biasa, kerjanya cepat dan hasilnya sangat memuaskan, bahkan sulit dinalar. 

Anehnya kalau ada yang datang ke tempat penggergajian, Glumut menghentikan pekerjaannya dan meladeni tamunya ngobrol. Keanehan kedua, gema suara gergajian nyaris tidak terdengar. 

Ketiga, saat istirahat, selesai makan, satu di antara mereka tidur, sedangkan satunya mengikir mata gergaji atau membetulkan apa saja yang dapat mengganggu pekerjaan selanjutnya. Meskipun begitu, hasil pekerjaannya Glumut dan temannya tetap di atas ekspektasi.

Situasi ini menimbulkan rasa penasaran IBS. Setelah kurang lebih satu tahun Glumut bekerja di Babadan, ia mulai buka kartu. Glumut mengaku bahwa pekerjaan blandhong tidak hanya mengandalkan tenaga kasar, bukan sekadar berbekal otot fisik belaka, tetapi juga menggunakan tata olah batin seperti halnya tradisi orang Jawa.

Tetapi waktu IBS menanyakan ajian apa yang dimiliki Glumut, ia menggelengkan kepala. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun