Istilah tulisan digunakan untuk menyatakan sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan tulisan dan pernyataan gagasan orang lain (Slamet Suseno, Teknik Penulisan Ilmiah Populer).
Hampir setiap orang  pernah melakukan aktivitas menulis. Entah menulis pesan, memo, surat, buku harian, laporan, opini, naskah, buku, dll. Setiap orang, mungkin,  pernah menulis dari bentuk paling sederhana sampai yang luas dan mendalam.
Jika seseorang  kesulitan memulai  tulisan yang luas dan mendalam, maka sebaiknya mengawalinya dengan  membuat  tulisan  ringan dan sederhana. Misalnya menulis surat pembaca dan diary (buku harian). Tulislah surat pembaca dan buku harian seteliti dan sebagus mungkin, baik dari segi tema/isi maupun cara pengungkapannya (teknik menulis). Beberapa tulisan yang berasal dari (sekadar) buku harian pun ada yang kenudian diterbitkan menjadi buku dan disambut  hangat; misalnya  Catatan Seorang Demonstran-nya Soe Hok Gie, serta Pergolakan Pemikiran Islam-nya Ahmad Wahib.
Penulis adalah orang yang menyusun kembali hal-hal yang sudah  dikemukakan orang lain. Ia mengompilasi atau meringkas dan menggabung-gabungkan ringkasan-ringkasan dari berbagai bahan informasi, sehingga tersusun menjadi tuturan baru yang masih utuh. Jadi, ia bukan pengarang.
Bagaimana cara mencari ide? Cara yang dilakukan adalah dengan  "menggumuli" teks kehidupan yang sangat luas. Bisa berupa teks tertulis seperti bacaan atau  beraneka pustaka (buku, surat kabar, majalah, jurnal, internet), bisa juga dari teks yang terlihat dan terdengar seperti radio, televisi, musik, film, drama, karya seni, dsb. Dapat juga teks  tidak tertulis, berupa kejadian dan peristiwa kehidupan yang  dijumpai,  dialami,  dirasakan, didengar,  dilihat atau disaksikan.
Dari sudut pandang psikologis,  bisa dilontarkan pertanyaan: mengapa manusia  (kadang-kadang), secara psikis mudah bertikai dan melakukan kekerasan? Dari sudut pandang sosiologis bisa dibahas mengenai adanya kultur (tradisi, kebiasaan) "kekerasan" manusia di berbagai daerah dan wilayah. Dari sudut pandang antropologis bisa dilontarkan beberapa asumsi: apakah pertikaian dan kekerasan  merupakan kebudayaan khas yang dimiliki  oleh suku A, B, dan C di daerah Antah Berantah? Dari perspektif historis bisa dilakukan tinjauan sejarah  dari waktu ke waktu mengenai  pertikaian dan kekerasan yang dilakukan oleh manusia, khususnya etnis A, B,  dan C (jika memang ada).
Dari aspek ekonomis bisa dilontarkan  asumsi: apakah pertikaian dan kekerasan antaretnis di wilayah Antah Berantah ada kaitannya  dengan persoalan kesenjangan dan ketimpangan ekonomi antara etnis pendatang dengan penduduk asli? Dari aspek politis bisa dilontarkan pertanyaan (dan dugaan): apakah pertikaian dan kekerasan antaretnis di wulayah Antah Berantah merupakan skenario yang sengaja diciptakan oleh kelompok tertentu untuk tujuan politik dan kekuasaan?
Kemudian guna  memperluas prespektif dan wilayah pembahasan serta  memperkaya tulisan, perlu dibahas dan diperbandingkan pertikaian dan kekerasan (antarsuku, dan antargolongan) yang terjadi di daerah Entahlah, Luwehlah, dsb. Selain itu, dalam tulisan pertikaian antaretnis tersebut,  perlu disisipkan ide dan pesan moral "perdamaian" untuk mengatasi pertikaian dan kekerasan antaretnis (juga antarsuku dan antargolongan).
Dengan kerangka pembahasan di atas, maka seseorang bisa meracik  tulisan (artikel) sosial-politik yang cukup menarik. Itu merupakan sekadar contoh, bagaimana sebuah artikel bisa ditulis dari proses mendengarkan berita, membaca tulisan, atau bahkan menyaksikan sendiri peristiwa pertikaian dan kekerasan antaretnis yang terjadi di wilayah Antah Berantah. Dari ilustrasi dan contoh di atas, tentu seseorang bisa meracik artikel-artikel lainnya dari sudut pandang apa pun (bebas) yang menurutnya menarik, entah dari sudut sosial politik, ekonomi, agama, dsb.