Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mempertimbangkan Ide dan Kreativitas dalam Menulis

19 Januari 2023   11:20 Diperbarui: 19 Januari 2023   11:30 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah tulisan digunakan untuk menyatakan sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan tulisan dan pernyataan gagasan orang lain (Slamet Suseno, Teknik Penulisan Ilmiah Populer).

Hampir setiap orang  pernah melakukan aktivitas menulis. Entah menulis pesan, memo, surat, buku harian, laporan, opini, naskah, buku, dll. Setiap orang, mungkin,  pernah menulis dari bentuk paling sederhana sampai yang luas dan mendalam.

Jika seseorang   kesulitan memulai  tulisan yang luas dan mendalam, maka sebaiknya mengawalinya dengan  membuat  tulisan  ringan dan sederhana. Misalnya menulis surat pembaca dan diary (buku harian). Tulislah surat pembaca dan buku harian seteliti dan sebagus mungkin, baik dari segi tema/isi maupun cara pengungkapannya (teknik menulis). Beberapa tulisan yang berasal dari (sekadar) buku harian pun ada yang kenudian diterbitkan menjadi buku dan disambut  hangat; misalnya  Catatan Seorang Demonstran-nya Soe Hok Gie, serta Pergolakan Pemikiran Islam-nya Ahmad Wahib.

Buku yang sempat booming/Foto: Hermard
Buku yang sempat booming/Foto: Hermard
Jika seseorang ingin menjadi penulis, maka modal yang perlu dimiliki adalah kepekaan dan sikap kritis berhadapan dengan "teks" kehidupan, entah teks  tertulis maupun tidak tertulis. Untuk itu seseorang perlu mengasah kepekaan dan sikap kritis terus-menerus, misalnya dengan cara bertanya, menyangsikan, mendebat, dan mengolah suatu ide dan peristiwa  yang terekam dalam layar kesadaran. Bermulanya sebuah inspirasi selalu muncul dari ide dan peristiwa.

Kata bijak Soe Hok Gie/Foto: WordPress.com
Kata bijak Soe Hok Gie/Foto: WordPress.com

Penulis adalah orang yang menyusun kembali hal-hal yang sudah  dikemukakan orang lain. Ia mengompilasi atau meringkas dan menggabung-gabungkan ringkasan-ringkasan dari berbagai bahan informasi, sehingga tersusun menjadi tuturan baru yang masih utuh. Jadi, ia bukan pengarang.


Bagaimana cara mencari ide? Cara yang dilakukan adalah dengan  "menggumuli" teks kehidupan yang sangat luas. Bisa berupa teks tertulis seperti bacaan atau  beraneka pustaka (buku, surat kabar, majalah, jurnal, internet), bisa juga dari teks yang terlihat dan terdengar seperti radio, televisi, musik, film, drama, karya seni, dsb. Dapat juga teks  tidak tertulis, berupa kejadian dan peristiwa kehidupan yang  dijumpai,  dialami,  dirasakan, didengar,  dilihat atau disaksikan.

Proses Kreatif Novelis Yogyakarta/Foto: Hermard
Proses Kreatif Novelis Yogyakarta/Foto: Hermard
Dari teks-teks kehidupan  sangat luas,  seseorang bisa  menemukan ide dan inspirasi untuk dituliskan. Dari sinilah proses kreatif dimulai. Misalnya saja suatu ketika seseorang membaca surat kabar  berisi liputan tentang pertikaian antaretnis di daerah Antah Berantah. Setelah membaca, lalu  tertarik   membikin artikel dan opini mengenai pertikaian antaretnis, misalnya dari sudut pandang psikologis, sosiologis, antropologis, historis, ekonomis,  dan politis.

Dari sudut pandang psikologis,  bisa dilontarkan pertanyaan: mengapa manusia  (kadang-kadang), secara psikis mudah bertikai dan melakukan kekerasan? Dari sudut pandang sosiologis bisa dibahas mengenai adanya kultur (tradisi, kebiasaan) "kekerasan" manusia di berbagai daerah dan wilayah. Dari sudut pandang antropologis bisa dilontarkan beberapa asumsi: apakah pertikaian dan kekerasan  merupakan kebudayaan khas yang dimiliki  oleh suku A, B, dan C di daerah Antah Berantah? Dari perspektif historis bisa dilakukan tinjauan sejarah  dari waktu ke waktu mengenai  pertikaian dan kekerasan yang dilakukan oleh manusia, khususnya etnis A, B,  dan C (jika memang ada).

Dari aspek ekonomis bisa dilontarkan  asumsi: apakah pertikaian dan kekerasan antaretnis di wilayah Antah Berantah ada kaitannya  dengan persoalan kesenjangan dan ketimpangan ekonomi antara etnis pendatang dengan penduduk asli? Dari aspek politis bisa dilontarkan pertanyaan (dan dugaan): apakah pertikaian dan kekerasan antaretnis di wulayah Antah Berantah merupakan skenario yang sengaja diciptakan oleh kelompok tertentu untuk tujuan politik dan kekuasaan?

Kemudian guna  memperluas prespektif dan wilayah pembahasan serta  memperkaya tulisan, perlu dibahas dan diperbandingkan pertikaian dan kekerasan (antarsuku, dan antargolongan) yang terjadi di daerah Entahlah, Luwehlah, dsb. Selain itu, dalam tulisan pertikaian antaretnis tersebut,  perlu disisipkan ide dan pesan moral "perdamaian" untuk mengatasi pertikaian dan kekerasan antaretnis (juga antarsuku dan antargolongan).

Dengan kerangka pembahasan di atas, maka seseorang bisa meracik  tulisan (artikel) sosial-politik yang cukup menarik. Itu merupakan sekadar contoh, bagaimana sebuah artikel bisa ditulis dari proses mendengarkan berita, membaca tulisan, atau bahkan menyaksikan sendiri peristiwa pertikaian dan kekerasan antaretnis yang terjadi di wilayah Antah Berantah. Dari ilustrasi dan contoh di atas, tentu seseorang bisa meracik artikel-artikel lainnya dari sudut pandang apa pun (bebas) yang menurutnya menarik, entah dari sudut sosial politik, ekonomi, agama, dsb.

Proses Kreatif dalam Alih Wahana/Foto: Hermard
Proses Kreatif dalam Alih Wahana/Foto: Hermard

Syarat mutlak  menjadi penulis adalah rajin membaca. Ketika memulai menulis (karya kreatif/artikel) dan berjuang menjinakkan kata, tanda baca, dan kalimat, seseorang harus sabar, cermat, dan teliti.

Jika menulis  dihayati sebagai profesi yang mengasyikkan, maka menulis  bukanlah merupakan beban  menjenuhkan, melainkan suatu pekerjaan  menggairahkan dan menggembirakan.

Proses kreatif alih media teks ke audio/Foto: Hermard
Proses kreatif alih media teks ke audio/Foto: Hermard
Apa yang dapat  disimpulkan dari paparan di atas adalah bahwa menulis merupakan segenap rangkaian kegiatan  seseorang mengungkapkan buah pikiran melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Buah pikiran itu dapat berupa pengalaman, pendapat, pengetahuan, keinginan, perasaan sampai gejolak kalbu seseorang. Buah pikiran itu diungkapkan dan disampaikan kepada pembaca dengan wahana berupa  bahasa tulis, yakni bahasa yang tidak mempergunakan peralatan bunyi dan pendengaran, melainkan berwujud berbagai tanda dan lambang yang harus dibaca. Hasil perwujudan melalui bahasa tulis itu menjadi karya tulis, dapat berupa sesuatu karangan apa pun--dari karangan faktawi sampai fiksi, yang pendek beberapa lembar atau panjang berjilid-jilid sampai corak prosa atau puisi.

Memahami proses kreatif Sapardi Djoko Damono/Foto: Hermard
Memahami proses kreatif Sapardi Djoko Damono/Foto: Hermard
Setiap karya tulis, baik berupa makalah seminar, artikel, cerita pendek, lakon sandiwara maupun naskah radio merupakan ramuan tiga unsur berupa buah pikiran, penulis, dan sarana--seperti digariskan Irving Rosenthal dan  Morton Yarmon (The Art of Writing Made Simple). Bahan pokok sesuatu tulisan apa pun ialah buah pikiran yang terutama dibatasi oleh sudut pandang yang akan ditekankan. Ide  selanjutnya dipadukan dengan minat dan latar belakang penulis serta sarana. Sarana yang dimaksud berupa medium penerbitan yang menjadi tempat pemuatan tulisan dengan senantiasa memperhatikan siapa sidang pembacanya (target audience).

Pendapat lain dilontarkan Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (Fundamentals of Good Writing: A Handbook of Modern Rhetoric) mengemukakan tiga segi kegiatan menulis, yaitu medium, pokok soal (subject), dan keadaan (occasion). Medium diartikan wahana atau bahan berupa bahasa dengan asas-asas dan cara-cara pemakaian tertentu. Faktor bahasa yang harus diperhatikan penulis meliputi tata bahasa, irama, dan pilihan kata (diksi).  Pokok soal merupakan sesuatu hal (apa pun) yang ditulis atau terdapat dalam tulisan, jadi ide atau buah pikiran. Pokok soal itu dalam banyak hal menentukan corak penulisan. Keadaan (occasion) yang harus diperhatiakan seseorang penulis mengacu pada situasi khusus yang meliputi dorongan batin penulis, keadaan pembaca, dan hubungan pengarang dengan pembaca.

Proses kreatif Emha Ainun Nadjib/Foto: Hermard
Proses kreatif Emha Ainun Nadjib/Foto: Hermard
Dorongan batin atau motivasi seseorang untuk menulis menurut Brooks dan Warren dapat dibedakian menjadi dua macam: pengungkapan (expression) dan tata hubungan (communication). Seseorang dapat tergerak batinnya untuk menulis karena hasrat mengungkapkan diri seperti halnya seseorang yang mendadak menyanyi sendiri atau bersiul-siul karena kegembiraan dalam kalbunya. Dengan menulis, seseorang memperoleh ketegasan mengenai apa-apa yang berkecamuk dalam pikirannya,  merisaukan perasaan, atau yang memerlukan kehadiran ke luar dari dirinya.
Tetapi, seseorang juga dapat terdorong   menulis karena kebutuhan berhubungan  dengan orang lain, seperti halnya seseorang yang mendadak ingin menulis surat kepada ibunya atau  sidang pembaca surat kabar guna mengutarakan sesuatu hal. Dalam prakteknya, motivasi mengungkapkan diri dan berkomunikasi dengan pihak lain itu sering bercampur baur.

Proses kreatif Kuntowijoyo/Foto: Hermard
Proses kreatif Kuntowijoyo/Foto: Hermard
Dua ciri menonjol menandai sifat khas tulis menulis, yaitu sifat sangat manusiawi dan sifat amat pribadi. Kegiatan menulis bersifat sangat manusiawi (human) dibandingkan dengan berbagai aktivitas lainnya. Di antara  seluruh makhluk hidup, hanya manusialah yang melakukan kegiatan menulis. Aneka aktivitas lain seperti makan, tidur, bermain-main, berolah raga, menyanyi, dan menari, bukan sepenuhnya ciri manusiawi karena hewan pun melakukannya. Sampai sekarang hanya aktivitas mengungkapkan buah pikiran dengan tanda/lambang tulisan merupakan monopoli manusia.

Karang-mengarang (penulisan) bersifat amat pribadi (personal) karena proses penulisan yang sesungguhnya  hanya bisa dilakukan oleh satu orang saja. Hasil karangan semata-mata mencerminkan kepribadian seorang tunggal pula. Dalam praktek  menulis tidak ada tulisan yang setengah kalimat ditulis oleh seseorang dan separuhnya diteruskan oleh orang lain.  Pilihan kata, gaya pengungkapan, bentuk perbandingan, dan corak penekanan ditentukan oleh setiap penulis sendirian sehingga hasilnya pun merupakan signature dari pribadinya.  

Proses kreatif pengarang Yogyakarta/Foto: Hermard
Proses kreatif pengarang Yogyakarta/Foto: Hermard

Pengertian kreativitas berkaitan dengan: pribadi, pendorong, proses, dan produk.
Kreativitas memerlukan pelibatan berbagai fungsi kejiwaan, antara lain: berpikir rasional, perkembangan emosi,bakat, penggunaan imajinasi, dan penggunaan intuisi secara maksimal. 

Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, emosi yang sangat peka, bakat yang menunjang, kemampuan berimajinasi yang cukup baik, dan intuisi yang tajam, akan memiliki tingkat kretivitas yang tinggi pula.

*Herry Mardianto

Rujukan: Pengantar Dunia Karang-Mengarang (The Liang Gie)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun