Pengantar
Di dalam Pulau Timor banyak tempat menggunakan kata fatu ~ batu dan oe ~air. Nama-nama tempat itu pernah saya ulas di sini. Penggunaan nama dengan memanfaatkan konteks alam sekitar, sering berkaitan dengan apa yang pertama kali terlihat atau dirasakan ketika tempat itu dibuka sebagai kawasan pemukiman.Â
Sebutlah seperti Fatule'u. Nama ini disematkan pada salah satu gunung di Kabupaten Kupang. Fatule'u terdiri dari 2 kata yakni: fatu ~ batu dan le'u - sakral, pamali. Â
Di desa Nekmese Kecamatan Amarasi Selatan, terdapat nama-nama tempat seperti: Faut beis (batu besi, batu panas); Fatuknutu' (batu kecil-kecil, kerikil). Itu nama-nama tempat di mana masyarakat berladang.Â
Selain nama tempat, penamaan diberikan pada komunitas kecil yang mempersempit ruang pelayanan di dalam jemaat lokal. Salah satu nama yang dipakai yakni Fatumnaub. (Fatu ~ batu; mnaub - ingat, peringatan, nostalgia)
Dalam rangka Paskah, Jemaat Pniel Tefneno Koro'oto sebagaimana lazimnya ada pawai Paskah. Pawai yang berlangsung di dalam jemaat lokal tersebut. Titik-titik peristirahatan yakni di tiap rayon pelayanan. Ada 17 titik istirahat yakni sebanyak rayon pelayanan. Istirahat berlangsung antara 3-5 menit kemudian dilanjutkan.Â
Pada tiap titik istirahat peserta pawai Paskah bernyanyi, membaca Alkitab (beberapa ayat), dan berdoa. Salah satu di antara 17 titik istirahat itu yakni, Fatumnaub.Â
Makna nama yang menggunakan kata Fatu
Inspirasi untuk menulis bagian ini ketika Panitia Hari Raya Gerejani (PHRG) di Jemaat Pniel Tefneno' Koro'oto membagi tugas untuk memimpin doa di tiap titik istirahat pawai Paskah. Saya mendapat tugas untuk maksud ini pada titik istirahat yang disebut Fatumnaub. Pesan dari PHRG agar ada bagian ayat Alkitab yang dibacakan yang kiranya sesuai dengan nama rayon (titik istirahat). Sesudah membaca ayat Alkitab, doakan mereka/anggota jemaat di dalam rayon pelayanan itu.
Sekadar pengetahuan bahwa di dalam satu rayon pelayanan di GMIT Jemaat Pniel Tefneno' Koro'oto terdapat 10 - 15 Kepala Keluarga. hal ini dimaksudkan untuk mempersempit ruang pelayanan sehingga anggota Majelis Jemaat fokus dan intens memberikan perhatian pada anggota jemaat di tiap rayon.
Kembali ke pawai Paskah dan titik istirahat untuk berdoa. Pada titik istirahat Fatumnaub, saya tidak sempat membaca bagian/ayat Alkitab sebagaimana penugasan oleh PHRG. Saya teringat beberapa cerita Alkitab yang di dalamnya menggunakan kata batu.
Batu di Betel
Kisah menarik ketika Yakob lari ke Padan Aram menghindari ancaman kakaknya, Esau. Yakob tiba di satu tempat, ia bermalam. Ia menggunakan satu batu sebagai alas kepalanya. Dalam tidurnya, ia  bermimpi tentang naik-turunnya para malaikat dengan memanfaatkan satu tangga yang ujungnya sampai ke langit (Kej.28:10-22; LAI-TB1). Ketika ia bangun dari tidurnya, batu itu dijadikan batu peringatan. Batu yang demikian itu diminyaki begitu saja, sebelum menyampaikan permohonannya kepada Tuhan, Allah Abaraham (kakek) dan Ishak (ayahnya).Â
Tidak jelas ukuran batu yang dipakai sebagai batu peringatan dari Yakob, namun ia menamai tempat itu Betel. Di kemudian hari, ketika Yakob "sukses" dalam usaha dan keluarga, ia kembali. Ketika ia tiba di negerinya, batu peringatan itu kembali dikunjunginya. Di tempat itu ia menaikkan doa (Kej.35; LAI-TB1).
Galed, Mizpa, Yegar-Sahaduta Batu Perjanjian Yakob-Laban
Kisah lainnya yang menyertakan batu yakni ketika Yakob "lari" meninggalkan mertuanya. Ia membawa keluarganya dan segala harta miliknya. Ia hendak kembali ke tanah kelahirannya. Laban, mengejarnya. Dalam kemarahan Laban hendak mencelakai Yakob atas dua alasan.Â
Pertama, ia tidak pamit. Tidak ada upacara perpisahan ketika ia membawa isteri-isterinya, anak-anaknya dan harta miliknya. Kesempatan untuk sekadar mencium anak dan cucu tidak didapatkan oleh Laban.
Kedua, batu dewa miliknya dibawa oleh seseorang di dalam rombongan Yakob.
Dua alasan ini membuat Laban marah. Ia memanfaatkan kedua alasan itu untuk dapat melampiaskan emosinya, bahkan jika perlu mencelakainya. Kisah yang menarik bagai drama.
Laban akhirnya mencapai jarak tertentu untuk mendapati Yakob dalam pelariannya kembali ke kampung (negeri) halamannya. Pada malam ketika Laban dan rombongannya bermalam, ia didatangi Tuhan dalam mimpi. Ia mendapat peringatan untuk tidak mencelakai Yakob. Peringatan itu meluluhkan kekerasan hatinya.Â
Ia mendapati Yakob dan keduanya dapat mewujudkan suatu perjanjian dengan memanfaatkan batu. Kali ini batu-batu ditumpuk (disusun) dan di atasnya mereka "menempatkan" sumpah untuk tidak saling menyerang pada masa yang akan datang. Timbunan batu-batu itu dinamai  Galed, Mizpa dan Yegar-Sahaduta (Kej.31:43-55, LAI-TB1). Batu perjanjian, batu peringatan antara Yakob dengan Laban.
Batu tanpa nama di tangan Daud
Kisah heroik seorang gembala muda bernama Daud. Ia bukanlah seorang prajurit yang selalu berada di garis depan medan pertemuran. Ia seorang gembala yang "bertempur" dengan alam luas dan predator ternak peliharaannya. Ia sigap beradaptasi dengan cuaca ketika berada di padang penggembalaan. Ia cekatan berhadapan dengan predator ternak peliharaannya seperti singa atau beruang yang selalu mengancam keselamatan kambing dan domba.
Daud, anak Isai. Pada satu kesempatan ia diurapi Samuel. Kelak urapan itu mengantarnya menjadi raja atas Israel.
Daud tiba di medan pertempuran ketika prajurit-prajurit Israel diperolokkan oleh seorang prajutit dengan tampilan kekar dan tinggi. Ia bagai tak akan dapat dikalahkan oleh musuh-musuhnya. Daud sendiri hanyalah seorang "bocah" penjaga kambing dan domba. Daud bukan anggota prajurit sehingga ia tidak diperhitungkan dalam barisan (batalyon/legion) Israel, bahkan oleh kakanya sendiri yang anggota prajurit.
Daud maju. Dikisahkan bahwa ia tidak mengenakan pakaian perang laksana para prajutir. Ia berbekal umban dan batu yang ditempatkan di dalam kantong. Ketika ia berhadapan dengan Goliat, ia mengambil batu dari dalam kantungnya, mengumbannya. Batu itu terhujam di dahi Goliat (1Sem.17:49; LAI-TB1).Â
Lagi-lagi di sini bercerita tentang pemanfaatan batu. Kali ini ukuran batu itu kira-kira dapat ditaksir oleh karena batu itu sebelumnya ditempatkan di dalam satu kantung. Batu itu dikeluarkan dari dalam kantung, ditempatkan pada alat pengumban batu. Batu yang kecil itu telah menewaskan seseorang.Â
Batu  Penutup Kubur Yesus
Kita melompat maju ke dalam kisah yang selalu diingat pada Minggu Paskah. Kisah tentang kebangkitan Yesus dari kematian-Nya. Ia bangkit. Kubur di mana jenazahnya diletakkan tak kuasa menahan-Nya. Batu penutup pintu kubur itu tak punya daya sebesar apa pun untuk menahan laju keluar-Nya Tubuh Yesus dari dalam kuburan itu. Ia tak dapat pula bertahan ketika digulingkan oleh sesosok makhluk sorgawi.
Batu sebagai penutup pintu kubur tentulah batu dengan ukuran besar. Batu yang disiapkan sedemikian rupa sehingga ketika digulingkan untuk menutup pintu kubur mesti tepat tempatnya. Batu itu tidak menyisakan rongga yang dapat menyebabkan aroma keluar dari dalam lubang kubur bila jenazah mulai rusak (membusuk). Batu yang sedemikian itu tentulah batu pilihan, apalagi menurut cerita, pemilik kuburan itu seseorang yang kaya, Yusuf Arimatea. Ia seorang murid Yesus yang secara sembunyi-sembunyi (Yoh.19:38; LAI-TB1). Â
Rupanya Yusuf Arimatea dan Nikodemus telah bersepakat menjadi murid Yesus tanpa sepengetahuan kelompok para imam. Mereka menghormati Guru Yesus dengan mengapani dan menguburkan jenazah-Nya. Lalu, pintu kubur ditutup dengan batu.  Batu yang satu ini menjadi batu yang berbeda oleh karena manfaatnya sebagai daun pintu.Â
Batu Perajam Tubuh
Dalam Kisah Para Rasul  (KPR) 7, diceritakan kemunculan satu tokoh yang sangat berani. Namanya Stefanus. Ia terpilih menjadi salah seorang Diaken (pelayan meja). Penulis KPR menceritakan bahwa Stefanus penuh iman dan Roh Kudus ada padanya. Ia menjadi seorang yang muncul dengan keberanian yang tiada tara.Â
Sesudah keterpilihan mereka dan diserahi tugas, ia menjadi pengkhotbah yang sungguh berwibawa. Khotbahnya itu dinyatakan di hadapan kaum agamawan Yahudi. Hal ini menyebabkan mereka menjadi sakit hati. Maka, bagi kaum agamawan kematian merupakan jalan keluar terbaik agar orang seperti Stefanus tidak muncul lagi. Mereka merajam Stefanus dengan batu.
Batu, entah berapa banyak batu yang dipakai oleh kelompok perajam. Satu kepastian, batu-batu itu telah melukai hingga menewaskan seseorang.
Masih banyak cerita di dalam Alkitab yang mana perhatian kita dapat saja tidak terarah pada alat yang dipakai oleh para tokoh dalam cerita. Batu, tali, kain, sepatu, cambuk, dan lain-lain alat telah melengkapi cerita-cerita. Mungkinkah semua itu hanya pelengkap tanpa makna?
Penutup
Catatan saya kali ini sampai di sini. Simpulan dari catatan ini yakni:
- Batu dalam catatan Alkitab tercatat sebagai batu peringatan,batu perjanjian, batu untuk membangun mezbah, batu untuk memunahkan musuh, dan batu untuk "menutup dan mengakhiri" masalah.
- Setiap orang atau setiap komunitas orang dapat memanfaatkan batu sebagai tanda yang mengingatkan tentang suatu peristiwa. Di dunia tulis-menulis kuno hingga modern orang memanfaatkan btu yang disebut prasasti. Pada satu bidang datar batu, orang dapat menggurai sesuatu informasi di atasnya. Sejak saat itu informasi ini akan menjadi batu peringatan.Â
Akh... sekiranya batu-batu itu dapat bercerita atau bernyanyi. Yesus pernah berkata, " ... Jika mereka diam, maka batu ini akan berteriak."Â (Luk.19:40; LAI-TB1).
Jika demikian, marilah menjadi batu yang hidup, batu yang dipergunakan untuk membangun rumah rohani bagi Kristus. Rasul Petrus berkata, " ... datanglah kepada-Nya batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia tetapi yang dipioih dan dihormati di hadirat Allah. ..."Â (1Pet.2:4). Maka, baiklah kita menjadi batu hidup bagi-Nya.Â
Baiklah kita menjadi batu yang bukan untuk memusnahkan dan mengakhiri/menutup masalah, tetapi batu yang berguna yang diingat oleh karena sesuatu yang berkenan pada Tuhan dan pada sesama.
Batuputih-TTS, 20 April 2025
Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI