Rupanya Yusuf Arimatea dan Nikodemus telah bersepakat menjadi murid Yesus tanpa sepengetahuan kelompok para imam. Mereka menghormati Guru Yesus dengan mengapani dan menguburkan jenazah-Nya. Lalu, pintu kubur ditutup dengan batu.  Batu yang satu ini menjadi batu yang berbeda oleh karena manfaatnya sebagai daun pintu.Â
Batu Perajam Tubuh
Dalam Kisah Para Rasul  (KPR) 7, diceritakan kemunculan satu tokoh yang sangat berani. Namanya Stefanus. Ia terpilih menjadi salah seorang Diaken (pelayan meja). Penulis KPR menceritakan bahwa Stefanus penuh iman dan Roh Kudus ada padanya. Ia menjadi seorang yang muncul dengan keberanian yang tiada tara.Â
Sesudah keterpilihan mereka dan diserahi tugas, ia menjadi pengkhotbah yang sungguh berwibawa. Khotbahnya itu dinyatakan di hadapan kaum agamawan Yahudi. Hal ini menyebabkan mereka menjadi sakit hati. Maka, bagi kaum agamawan kematian merupakan jalan keluar terbaik agar orang seperti Stefanus tidak muncul lagi. Mereka merajam Stefanus dengan batu.
Batu, entah berapa banyak batu yang dipakai oleh kelompok perajam. Satu kepastian, batu-batu itu telah melukai hingga menewaskan seseorang.
Masih banyak cerita di dalam Alkitab yang mana perhatian kita dapat saja tidak terarah pada alat yang dipakai oleh para tokoh dalam cerita. Batu, tali, kain, sepatu, cambuk, dan lain-lain alat telah melengkapi cerita-cerita. Mungkinkah semua itu hanya pelengkap tanpa makna?
Penutup
Catatan saya kali ini sampai di sini. Simpulan dari catatan ini yakni:
- Batu dalam catatan Alkitab tercatat sebagai batu peringatan,batu perjanjian, batu untuk membangun mezbah, batu untuk memunahkan musuh, dan batu untuk "menutup dan mengakhiri" masalah.
- Setiap orang atau setiap komunitas orang dapat memanfaatkan batu sebagai tanda yang mengingatkan tentang suatu peristiwa. Di dunia tulis-menulis kuno hingga modern orang memanfaatkan btu yang disebut prasasti. Pada satu bidang datar batu, orang dapat menggurai sesuatu informasi di atasnya. Sejak saat itu informasi ini akan menjadi batu peringatan.Â
Akh... sekiranya batu-batu itu dapat bercerita atau bernyanyi. Yesus pernah berkata, " ... Jika mereka diam, maka batu ini akan berteriak."Â (Luk.19:40; LAI-TB1).
Jika demikian, marilah menjadi batu yang hidup, batu yang dipergunakan untuk membangun rumah rohani bagi Kristus. Rasul Petrus berkata, " ... datanglah kepada-Nya batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia tetapi yang dipioih dan dihormati di hadirat Allah. ..."Â (1Pet.2:4). Maka, baiklah kita menjadi batu hidup bagi-Nya.Â
Baiklah kita menjadi batu yang bukan untuk memusnahkan dan mengakhiri/menutup masalah, tetapi batu yang berguna yang diingat oleh karena sesuatu yang berkenan pada Tuhan dan pada sesama.