Mohon tunggu...
Hermawan Soediro
Hermawan Soediro Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sesuatu kehidupan yang penuh kesalahan tak hanya lebih berharga, namun juga lebih berguna dibandingkan hidup tanpa melakukan apapun.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengakuan Ulama Besar Fiqh tentang Tasawwuf dan Ulama Sufi

5 Mei 2013   20:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:03 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mu’eed an-Na’eem, p. 190, dalam tasauf: “Semoga
Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka
dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga.
Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan
terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan
hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang
benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan
menyibukkan diri dengan ibadah”. Dia berkata: “Mereka
dalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa
dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah
membantu manusia.

Jalaluddin as-Suyuti

Dalam Ta’yad al-haqiqat al-’Aliyya, p. 57: “tasawwuf
dalam diri mereka adalah ilmu yang paling baik dan
terpuji. Dia menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah
Nabi dan meninggalkan bid’ah”

Ibn Taymiyya (661-728 H./1263-1328 CE)

Majmaca Fatawa Ibn Taymiyya, Dar ar-Rahmat, Cairo,
Vol, 11, page 497, Kitab Tasawwuf: “Kamu harus tahu
bahwa syaikh-syaikh terbimbing harus diambil sebagai
petunjuk dan contoh dalam agama, karena mereka
mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tariqat para
syaikh itu adalah untuk menyeru manusia ke Kehadiran
Allah dan ketaatan kepada Nabi.”

Juga dalam hal 499: “Para syaikh dimana kita perlu
mengambil sebagai pembimbing adalah teladan kita dan
kita harus mengikuti mereka. Karena ketika kita dalam
Haji, kita memerlukan petunjuk (dalal) untuk mencapai
Ka’ bah, para syaikh ini adalah petunjuk kita (dalal)
menuju Allah dan Nabi kita.

Di antara para syaikh yang dia sebut adalah: Ibrahim
ibn Adham, Ma’ruf al-Karkhi, Hasan al-Basri, Rabia
al-Adawiyya, Junaid ibn Muhammad, Shaikh Abdul Qadir
Jilani, Shaikh Ahmad ar-Rafa’i, and Shaikh Bayazid al-
Bistami. Ibn Taymiyya mengutip Bayazid al-Bistami pada
510, Volume 10: “…Syaikh besar, Bayazid al-Bistami,
dan kisah yang terkenal ketika dia menyaksikan Tuhan
dalam kasyf dan dia berkata kepada Dia:” Ya Allah,
bagaimana jalan menuju Engkau?”. Dan Allah menjawab:
“Tinggalkan dirimu dan datanglah kepada-Ku”.

Ibn Taymiah melanjutakan kutipan Bayazid al-Bistami,
” Saya keluar dari diriku seperti seekor ular keluar
dari kulitnya”. Implisit dari kutipan ini adalah
sebuah indikasi tentang perlunya zuhd
(pengingkaran-diri atau pengingkaran terhadap
kehidupan dunia), seperti jalan yang diikuti Bayazid
al-Bistami ( Mursyid Tariqah Naqshbandi).

Kita melihat dari kutipan di atas bahwa Ibn Taymiah
menerima banyak Syaikh dengan mengutipnya dan meminta
orang untuk mengikuti bimbingannya untuk menunjukkan
cara menaati Allah dan Rasul saas.

Apa kata Ibn Taymiah tentang istilah Tasawwuf :

Berikut adalah pendapat Ibn Tamiah tentang definisi
Tasawwuf dari strained, Whether you are gold or
gold-plated copper.” Sanai. Following is what Ibn
Taymiyya said about the definition of Tasawwuf, from
Volume 11, At-Tasawwuf, of Majmu’a Fatawa Ibn

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun