Imam al-Qushayri (d. 465 H./1072 CE)
Imam al-Qushayri tentang Tasawwuf: “Allah membuat
golongan ini yang terbaik dari wali-wali-Nya dan Dia
mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya
sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati
mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih
mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya.
Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikan
diri dari segala hubungan dengan dunia dan
Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam
penampakan (kasyf). Dan Dia membuka kepada mereka
Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk
melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia
membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan
menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya .”
[ar-Risalat al-Qushayriyya, p. 2]
Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 CE)
Imam Ghazali, hujjat ul-Islam, tentang tasawwuf:
“Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para
pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang
terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan
akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati
mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka
sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran
Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].
Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 CE)
Dalam suratnya al-Maqasid: “Ciri jalan sufi ada 5:
1. menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai
dan sendiri
2. mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata
3. menghindari ketergantungan kepada orang lain
4. bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit
5. selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid
at-Tawhid, p. 20]
Imam Fakhr ad-Din ar-Razi (544-606 H./1149-1209 CE)
Imam Fakhr ad-Din ar-Razi: “Jalan para sufi adalah
mencari ilmu untuk memutuskan diri mereka dari
kehidupan dunia dan menjaga diri mereka agar selalu
sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat
Allah, pada seluruh tindakan dan perilaku” .”
[Ictiqadat Furaq al-Musliman, p. 72, 73]
Ibn Khaldun (733-808 H./1332-1406 CE)
Ibn Khaldun: “Jalan sufi adalah jalan salaf,
ulama-ulama di antara Sahabat, Tabi’een, and Tabi’
at-Tabi’een. Asalnya adalah beribadah kepada Allah dan
meninggalkan perhiasan dan kesenangan dunia”
[Muqaddimat ibn Khaldan, p. 328]
Tajuddin as-Subki