Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bangga....

22 November 2023   14:40 Diperbarui: 22 November 2023   14:47 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan lebat yang turun semalam, rasanya membuat udara makin sejuk dan tidur penulis semakin pulas. Bangun tidur di pagi pun badan rasanya menjadi segar tidak berasa gerah seperti bulan-bulan sebelumnya. Berdua isteri yang sudah kembali pulih kondisi tubuhnya setelah sempat tumbang seminggu lalu, kami berjalan kaki mengitari perumahan ditemani juga dengan si Coco anjing kecil pomerian yang sudah berusia hampr tiga tahun.

Menikmati rimbunnya pohon-pohon pinus yang ada di kiri kanan jalan dan semburat cahaya matahari pagi yang bikin tubuh menjadi hangat dan berkeringat. Separuh langkah perjalanan, penulis diajak berbincang dengan tetangga yang sudah lama tidak berjumpa, setelah pada tahun dua ribu dua puluh ditinggal pergi isteri keharibaan-Nya karena serangan covid-19.

Sambil berdiri di tepi jalan di bawah sinar matahari yang mulai membuat keringat di badan makin deras membanjir, tetangga ini bercerita tentang pernikahannya yang baru saja dijalani tiga bulan lalu. Juga bercerita tentang anak-anaknya yang sudah bekerja dan memasuki dunia mahasiswa. Ada rasa kebanggaan yang terpancar di wajahnya.

pixabay.com
pixabay.com

Berkaca dari aneka kisah dan peristiwa yang pernah kita alami sepanjang perjalanan hidup, melewati hari lepas hari, adakalanya kita merasa bahwa memiliki sebuah kebanggaan perlu diceritakan kepada orang lain, tanpa maksud merendahkan pihak lain tentunya. Tetapi adakalanya maksud hati menceritakan sebuah kebanggaan menjadi kebablasan. Karena yang direspon lawan bicaranya adalah sebuah kesombongan yang sedang diungkapkan.

Bisa jadi memang kita tidak pernah berasa bahwa antara kebanggaan dan kesombongan itu beda-beda tipis alias sebelas dua belas. Baik dari sudut pandang dan dari sisi mana kita melihatnya. Ataupun respon dari kondisi hati yang sedang tidak dalam kondisi stabil. Semua bisa berganti dan berubah posisi.

 

Ketika anak-anak kita kemarin menang di salah satu lomba di acara menyambut hari kemerdekaan, misalnya. Apakah itu sebuah kebanggaan ataukah menjadikannya sebuah kesombongan karena bisa mengalahkan peserta lain ? Begitu juga ketika anak-anak kita bisa masuk ranking tiga besar di sekolah, apakah itu menjadi sebuah kebanggaan ataukah berujung pada kesombongan karena menganggap sebagai manusia pintar dibanding murid yang lain ?

pixabay.com
pixabay.com

Ketika kita kemudian memasuki area pekerjaan dan dinyatakan lolos diterima di sebuah instansi/perusahaan dari ribuan pelamar, apakah itu menjadi sebuah kebanggaan ataukah menjadi sebuah kesombongan karena merasa berhasil bisa menyingkirkan saingannya ? Juga, ketika kita kemudian terpilih untuk menduduki posisi jabatan strategis dalam lingkup pekerjaan, apakah ini juga berujung pada kesombongan karena merasa lebih dari yang lain ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun