Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kata Maaf

22 Mei 2023   12:15 Diperbarui: 22 Mei 2023   12:47 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpspixabay.comidphotosaku-mohon-pengampunan-anda-permisi-927753

Suatu kali ada sedikit perselisihan yang terjadi antara penulis selaku pemilik rumah, dengan yang mengontrak rumah. Memang kesalahan yang terjadi sangat menganggu dan itu sudah menyalahi ikatan kotrak perjanjian yang sudah ditandatangani bersama. Walaupun akhirnya berujung damai, tetapi ada pelajaran yang bisa diambil disini, ketika sudah terikat dengan perjanjian dengan pihak lain. Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika salah satu melanggar perjanjian tersebut.

Tetapi bukan itu yang menjadikan hati gundah gulana. Apakah mungkin karena terpaut beda usia yang cukup jauh antara penulis dan pengontrak ? Bisa jadi. Sebab yang membuat tidak habis pikir adalah tindakan orang yang mengontrak rumah setelah terjadi kesepakatan  ulang. Dari awal saat penulis menegur, melakukan pembicaraan sampai berakhirnya, tidak ada sepatahpun kata maaf terucap dari bibirnya. Kecewa ? Mungkin saja.

httpspixabay.comidphotostersenyum-maaf-permisi-sedih-seru-1282457
httpspixabay.comidphotostersenyum-maaf-permisi-sedih-seru-1282457

Dan seperti halnya yang terjadi hari Sabtu kemarin. Di grup Whatsapp, ada seorang anggota yang berulang tahun. Jadi sudah sewajarnya seluruh anggota group mengucapkan selamat ulang tahun. Yang menjadi tanda tanya adalah, sampai hari Senin tidak ada sepatah katapun ucapan terima kasih dan respon dari kawan yang berulang tahun ini. Apakah mungkin ini juga karena rentang beda usia yang cukup jauh ? Bisa saja. Karena setahu anggota group, kawan ini adalah selalu responsif.

Begitu juga saat ada tetangga punya acara hajatan di tempat lama penulis tinggal. Dengan tiba-tiba saja box loudspeaker seukuran gajah sudah bertengger di deket jendela rumah, dengan cara diangkut rame-rame. Itupun terjadi tanpa ada kata permisi atau kata-kata minta tolong untuk menempatkan box loudspeaker dari si empunya hajat. Apakah ini juga karena ada beda usia ? Tidak juga.

Memang sejujurnya, di tengah keriuhan suara yang membahana dan warna-warni hidup yang beraneka rupa, ada tiga kata yang sering terlupakan, dilupakan atau pura-pura melupakan. Yaitu kata maaf, terima kasih dan tolong.

Lepas dari kontrol emosi, yang kadangkala seakan mau meledak, tapi apakah memang demikian cepatnya perubahan jaman ini. Sehingga nilai-nilai hormat, ewuh pekewuh ataupun etika sudah tidak ada lagi pada generasi sekarang ini ?

pexels-anna-tarazevich-5697250
pexels-anna-tarazevich-5697250

Satu hal kelupaan lagi. Mungkin kita lupa sebagai mahluk ciptaan Sang Khalik yang pada dasarnya terlahir sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dalam perjalanan kehidupannya. Hubungan timbal balik antar sesama dapat menimbulkan berbagai hal-hal yang tidak diinginkan seandainya kita tidak bisa membawa diri di dalam lingkungan pergaulan.

Memang diperlukan adanya hubungan yang selaras dengan sesama manusia yang ber keimanan kepada Tuhan, dengan menggunakan tata krama beretika saat berkomunikasi yang tepat. Karena ini memegang peranan yang amat penting. Hubungan pembicaraan antar pihak yang benilai positif tentu akan berdampak yang positif. Tetapi, sebaliknya mendadak terjadi permusuhan, akibat komunikasi yang bernuansa negatif. Itu terjadi karena kata-kata orang yang mencela dan menista, di hadapan musuh dan pendendam.

Sebetulnya kalau kita mau belajar dari tiga kata, yaitu maaf, tolong dan terima kasih, tanpa disadari kata-kata tersebut dapat membuat orang menjadi bahagia dan merasa dihargai bahkan merasa dihormati. Sungguh, tiga kata ini mempunyai efek magnet luar biasa. Tentu saja apabila disampaikan dengan cara yang benar dan tepat waktunya, tanpa ada nada sumbang ataupun mengejek bahkan meledek.

httpspixabay.comidphotosanak-panah-target-bullseye-sasaran-2886223
httpspixabay.comidphotosanak-panah-target-bullseye-sasaran-2886223

Rasanya itu kembali kepada kemauan dan kesadaran diri sendiri, karena kayaknya juga tidak terlalu sulit untuk menggunakan ketiga kata di atas dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaannya, apakah kita cukup sadar dan mau mempraktekannya untuk terciptanya sebuah tatanan kehidupan yang lebih baik lewat jalur komunikasi yang tepat. Dan seperti anak panah yang melesat ke arah sasaran, sesungguhnya dari penggunaan ketiga kata ini mampu mengubah murka menjadi kasih, mengubah lawan menjadi kawan, bahkan mengubah benci menjadi cinta. Begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun