Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen Mistik] Keris

2 Agustus 2016   20:38 Diperbarui: 4 Agustus 2016   03:28 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: visualheritageblog.blogspot.com

“Mbok, saat ini aku sudah menjadi ustad. Di banyak tempat Alung sudah mendakwahi banyak orang tentang pentingnya menjauhi hal-hal berbau mistik. Termasuk benda ini. Jika tidak bisa berakibat merusak keimanan atau akidah, Mbok.”

Simbok tak begitu mengerti dengan penjelasan Alung . Ia hanya mengemban tugas dari almarhum suaminya untuk menyampaikan wasiat. Itu saja.

“Alung , simbok ndak ngerti dengan apa yang kamu jadikan alasan itu. Tapi apa salahnya kamu menyenangkan Bapakmu, karena ia sudah tiada. Tega bener kalau sampai kamu menolak. Terima ya, Le. Siapa lagi yang akan merawat benda ini. Kamu satu-satunya yang dipercaya Bapakmu. Kedua adikmu perempuan semua, mungkin karena itu Bapakmu tidak memilih mereka.” Tambah Simbok sambil menjelaskan.

“Jangan kecewakan almarhum. Kamu harus sungguh-sungguh merawat titipan ayahmu ini. Dan dia menulis surat juga untukmu. Kamu baca saja nanti di rumah. Barangkali ini akan membantumu melaksanakan tugas terakhir yang diperintahkan Bapakmu.”

“Iya, mbok. Tapi... “

“Ndak ada tapi lagi, Le. Sudah...Berhentilah kamu dari keraguanmu. Kamu anak lelaki satu-satunya. Almarhum sangat menaruh harapan padamu!”

“Mbok, bukannya Alung tidak senang diberi kepercayaan. Tapi mbok, Alung sekarang sudah jadi Ustad. Pekerajaanku sering mengingatkan orang untuk menjauhi kemusrikan. Apa jadinya kalau nanti jamaahku mengetahui kalau ustadnya justru melanggar omongannya sendiri?”

“Pemikiranmu kok ngono, to Le? Kalau begitu menurutmu selama ini Bapakmu melakukan kemusrikan, begitu? Le, Kamu tahu kan, Bapakmu itu rajin beribadah,rajin berdoa setiap punya hajat apapun. Selalu meinta sama Gusti Allah. Dia hanya suka merawat benda-benda pusaka ini, tidak lebih. Seperti juga kamu mencintai sepeda motor atau mobilmu. Masa begitu saja kamu katakan musrik?”

“Maaf, mbok. Ini sudah menyangkut masalah akidah dan keimanan. Bagaimana pun juga, sepanjang yang aku pelajari menyimpan benda ini tetap saja berbahaya terhadap keimanan kita. Apapun alasannya. “

“Hehhhhh.!! Kamu keras kepala juga.“ Simbok menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya cepat.

“Tidak, Le. Kamu tetap tidak boleh menolak amanah Bapakmu. Alasanmu itu tak bisa diterima. Bapakmu tidak akan tenang di alam sana, jika anaknya menolak pesan terakhirnya. Apa kamu senang Bapakmu kecewa di sana? Bukankah tugas anak semasa hidup itu termasuk menjaga amanahnya? Ayolah, barang ini harus kamu simpan dan jaga baik-baik di rumahmu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun