Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis Tentang Korupsi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Roda Tidak Selalu di Atas

11 Januari 2023   03:30 Diperbarui: 11 Januari 2023   03:39 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roda Tidak Selalu Di Atas

Memang begitulah kehidupan. Kadang di atas, kadang di bawah. Dinamis. Hari ini jadi atasan, minggu depan jadi bawahan. Bisa menjadi sesuatu yang "berat" apabila tidak menyadari, bahwa apapun yang terjadi, termasuk dalam karir dan jabatan, selalu berproses. 

Maka, pesan bijak yang selalu tergiang adalah : untuk tidak sombong pada saat jabatan diemban. 

Jabatan sebagai amanah, pada saatnya, ia akan pergi meninggalkan pemegangnya. Entah karena melesatnya karir pegawai yang pernah menjadi bawahan, atau memang daya kepemimpinan seseorang sudah stagnan, sehingga butuh energi terbarukan dalam kepemimpinan yang bisa memberikan nuansa baru. Karena organisasi butuh orang-orang yang siap pada perubahan sejalan dengan dinamika dan lingkungan strategis atas visi dan misi perusahaan.

Bila ini menjadi fakta pada kita, maka kita tidak perlu untuk akhirnya merasa pihak yang "terhakimi" karena pernah berbuat sesuatu yang misalnya tidak pantas dilakukan seorang atasan pada bawahan. 

Hukum alam seolah berbicara, jangan memperlakukan semana-mena pada bawahan, sebab kalau kelak bawahan menjadi atasan, kita tidak terhukum oleh perasaan bersalah tadi.

Dalam frame bawahan yang menjadi atasan kita, sisi utama yang disadari adalah bagaimana memosisikan diri. Pada tataran organisasi ataupun perusahaan, yang namanya muda menjadi pimpinan, yang tua menjadi bawahan, bukan sesuatu yang diresahkan bila disadari siapapun bisa mengalami posisi seperti itu. 

Yang utama disadari adalah, untuk tidak menganggap bahwa posisi di atas karena jabatan, menjadi lupa bahwa sejatinya itu hanya bagian dari apa yang dikatakan sebagai "sebuah kesemuan". Hal yang bisa menipu pandangan. 

Ya, bila tidak menjiwai bahwa posisi jabatan atau di atas, yang dianalogkan sebagai "paling senior" di suatu kedudukan, bila diterjemahkan dalam konteks hidup sebagai interaksi sosial, maka akan didapatkan fakta sebagai berikut :

Pertama, merasa bahwa jabatan identik dengan hak "mengklaim-diri" sebagai yang "paling senior" bukan sebagai identifikasi yang tepat. Mentang-mentang menjadi atasan, semua yang ada di bawahnya sebagai bawahan, atau dalam posisi "harus menurut" pada perintah dan kemauan. 

Urgensi pemahaman seperti ini akan menenggelamkan fakta bahwa bisa jadi seseorang menjadi "senior" karena posisi jabatan, namun dari sisi usia, pendidikan, pengalaman dan yang lainnya banyak yang lebih berhak mengklaim diri sebagai "yang senior".

Kedua, ketika memahami jabatan atau posisi di manapun bukan sebagai satu-satunya paramater mengklaim diri "sebagai atasan" atau "paling senior", maka tatkala tiba-tiba orang yang dulu pernah menjadi bawahan kemudian menyalip menjadi atasan, bukan sebagai hal yang perlu menjadi sumber keresahan dan kegelisahan. 

Didasari siapapun, akan bisa mengalami kondisi seperti itu. Justru yang elok adalah bagaimana segera introspeksi, seberapa empowering diri dalam pengelolaan kemampuan, sehingga memunculkan energi perubahan yang bisa memunculkan kepercayaan bagi peningkatan kapasitas dan jabatan.

Ketiga, bawahan yang menjadi atasan, menjadi sebuah koreksi pemahaman yang mungkin keliru ada pada diri kita. Seolah, seseorang yang menjadi bawahan akan selamanya menjadi bawahan, tanpa menyadari adanya sebuah proses, tumbuh kembangnya kemampuan seseorang, pada titik tertentu memenuhi ekspektasi kebutuhan organisasi atau perusahaan, sementara kita terpaku diam tak berkembang karena terlalu "menikmati" saat menjadi atasan. Potensi diri justru stagnan, tidak dieksplore yang bisa memberi dampak bagi organisasi. 

Jadi bawahan yang kemudian menjadi atasan, adalah bagian dari fakta yang tidak menjadikan penyakit iri, dengki, hasut muncul tiba-tiba pada kita. Akan semakin sakit bila itu menjadi beban. tetap enjoy, tanpa selalu terbayang pada masa lalu, ketika Sang atasan masih menjadi bawahan. Melihat ke depan secara positif, menjadi sikap yang bijak, bila kita mengalami hal tersebut.

Salam sehat dan bahagia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun