Lidah api itu menari-nari
Dikurung lampu semprong yang diletakkan di tengah ruangan
Duduk berkeliling, satu keluarga dengan tiga anggota
Diam dan lapar menemani
Meski perut telah diisi rebusan daun ubi
Yang dimakan dengan kuah air mata
Walau dibarengi dengan doa
Rasanya tak berubah, tetap sama, seperti yang sudah-sudah
Mereka pun tidur tanpa beras yang singgah di  mulut dan perut
Menanti pagi dengan harapan
Semoga saat sinar pertama menyentuh pucuk pepohonan
Ibu keluar rumah untuk mencari dan mendapatkan pinjaman
Ah, kemiskinan memang seperti daki di badan
Harus digosok, sebisa dan sekuat tenaga
Kalau tidak, lapar akan tetap menjadi karib yang pertama
Herford, 05.03.2021