Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kumpulan Puisi - Coretan Kecil di Atas Aspal

29 Mei 2023   09:54 Diperbarui: 29 Mei 2023   10:14 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumpulan Puisi - Coretan Kecil di Atas Aspal

Waktu tak hendak
mengajakku berkelakar
melainkan mengamitku
berdansa dengan sukar
menyusun potongan puzle
berpikir keras memecah
misteri kehidupan nan pelik
sejenak damaiku pun terculik
____________________________
Pikirku melayang
menatap kolong underpass
lalulalang kendara
berpacu dengan waktu
diburu tergesa
tapak kuda besiku
terantuk aspal bongklak
ingat sontak
tersentak tergeletak
____________________________
Mataku menyapu
badan jalan berdebu
serta bergelombang
seperti jalan hidup
yang tak mesti
mulus dan rata
tak melulu datar
pastilah ada persoalan
tak terduga mengajak
otakku berputar-putar
____________________________
Kubuang resah di aspal
di atas trotoar
berharap resah raib
seperti seonggok sampah
diklitiki angin
lalu terserempet
ban-ban berlari menggila
lantas terlindas ganas
____________________________
Biji mataku melumat
patung Pembebasan
di tengah ruas jalan
berdiri tanpa pongah
berbanding lurus
jalan hidupku acapkali
digagahi susah
namun enggan
berkeluh kesah
____________________________
Seperti debu
menari liar
pun asap pekat
knalpot bobokan
menyandera hening
menjerang bising
meraung-raung
merobek gendang telinga
tak berdarah
hanya hatiku
luka dibeset pecahan
beling-beling dusta
____________________________
Aku hafal
jalan menuju rumahmu
sua trotoar yang disesaki
penjaja kaki lima
berjualan kudapan
serta riuh orang-orang
herhambur dari mulut gang
pemukiman yang padat
sepadat kenangan
mengendap di ingatan
____________________________
Kehidupan layaknya
bentang jalan raya
nan amat panjang
entah sudah berapa kali
dilibas dan dilintasi
roda-roda pengharapan
terkadang mata rantai putus
pun velg speleng
ban kempis
seperti halnya
hela nafas ekonomi
yang kembang kempis
lumrah adanya
____________________________
Berteduh sejenak di halte
atapnya menghalau
jarum-jarum air
sedikit menciprati
ujung sandal jepitku
menanti hujan berjeda
rinai tak kunjung berujung
kulirik arlojiku
detik dan menit
terus bertarung sengit
kubunuh waktu
dengan mengingatmu
____________________________
Deret lampu jalan
melumat aspal
menyepuh benderang
kawanan laron tak luput
berjingkrak dan menari
hingga semaput
berpesta pora
sedangkan aku
sendiri mengigit kuku sepi
hingga kuku waktu patah
kulukis seraut wajah
dengan tinta darah

H 3 R 4
Jakarta, 29/05/2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun