Aku Memaknai Sepi
Lalulalang orang
perlintasan nan ramai
denyut nadi takada matinya
kota yang tak pernah tidur
Dilumat pendar cahaya
bagai remah bara
menjilat gedung bertingkat
buat kerongkongan rasa tercekat
Ramai alas kaki
menginjak muka aspal
melangkah tergesa layaknya
orang enggan tertinggal kereta
Diburu jarum waktu berlarian
seperti tengah bertikai
di dalam kotak arloji
pergelangan lengan
Tumbangkan batang hari
setumbang daksa
digenjot rutinitas hingga lemas
terkapar rindukan dipijat
Dari benderang hingga
berganti pekat sepekat
ampas kopi sisa seduhan
semalam berwajah muram
Aku hanyalah orang
yang memaknai sepi
mencatat geliat hidup dalam
berlembar buku di kepala
Dan ternyata sepi
ada di dalam jiwaku sendiri
serta di bilik kepalaku
pecahkan saja biar gaduh
Bisik angin lirih
seraya mendesis di telinga
H 3 R 4
Jakarta, 14/01/2023