Mohon tunggu...
Heppy Haloho
Heppy Haloho Mohon Tunggu... Dosen - Belajar, membaca dan menulis (puisi)

Komunikasi, pendidikan, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bocah Jalanan

29 November 2020   14:39 Diperbarui: 29 November 2020   14:49 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu pagi di jalanan kota, merayap pilu di dadaku
Sepasang kaki bocah kecil bertelanjang menyusur jalan
begitu mungil, begitu menggigil, untuk pagi semendung itu
Tiada cerita, tiada kata, semua bisu terasa purba

Tak lama kusaksikan pagi menjelma menjadi tangis di perempatan jalan
Ia semakin gontai, menengadah dengan tangan terbelah
terlalu lebar untuk berkat sekecil itu..
Koin-koin amarah yang mereka bilang sedekah..

Udara yang kuhirup menyesak begitu rupa
Mencekam siapa saja yang menghirupnya
Sang bocah menaikkan kidung syukur di altar jalanan
sementara mereka semua memalingkan muka

Larik pertama ia bernyanyi menjelma dalam tetesan air mata
larik kedua menjadi dahaga
Larik berikutnya ia menghela asa
Barangkali  inilah cerita, betapa parah hati manusia

Dalam doaku pagi itu, tangisnya berubah lolongan pilu
Ya Allah Maha Rahim, cuai lah ia dihadapanMu
Dalam dosa ia diperanakkan ibunya
tetapi ia milikMu lah, berilah telinga ya Allah pada lolong seorang bocah..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun