Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dialog Singkat di Kantin Kampus Jatinangor

23 September 2020   16:37 Diperbarui: 23 September 2020   20:58 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Pixabay

Aku di ruang kerjaku masih termangu. Memegang ponsel sambil membaca berulang-ulang pesan melalui ponsel dari Kinanti tempo hari.

"Kadang aku merasakan cintamu seperti yang pernah kau katakan dulu padaku. Kadang pula aku ingin meraih cintamu itu namun aku menyadari aku tidak layak menerima cintamu karena ada cinta yang jauh lebih luhur untukmu yaitu cinta Daisy Listya"

Mungkin hanya kalimat-kalimat ini yang sekarang bisa menghiburku. Bagiku ini sangat berharga karena aku bisa merasakan ternyata Kinanti juga mencintaiku.

Hanya saja Kinanti merasa tidak layak cintanya harus disamakan dengan cinta Daisy Listya yang dianggapnya jauh lebih tulus dan lebih luhur daripada cintanya.

Namun apakah mungkin aku masih bisa meraih cinta Daisy Listya? Jelas tidak mungkin. Sebenarnya yang paling mungkin adalah aku bisa meraih cinta Kinanti Puspitasari.

Tapi kenapa Kinanti masih juga tidak mau membuka hatinya untukku? Terakhir aku ketahui bahwa Intan, putrinya lebih merestui diriku sebagai teman hidupnya namun kenapa Kinanti memilih Eko?

Dalam dua hari ini aku kembali berada di Bandung. Menjadi Pembicara dalam Seminar Farmasi Universitas Pajajaran di Jatinangor.

Aku teringat kalau Intan sekarang kuliah di Kampus ini. Mumpung aku masih ada di sini, maka kucoba menghubunginya melalui nomor selulernya.

"Hallo! Om Alan," suara seorang gadis menjawab panggilan ponselku.

"Intan bagaimana kabar?"

"Alhamdulillah baik Om. Bagaimana dengan Om Alan sendiri? Kok lama gak pernah telpon ke Bandung?" Mendengar ini aku hanya tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun