Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ada Asa Tersisa di Bandara Juanda

9 September 2020   14:26 Diperbarui: 9 September 2020   15:49 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesibukan di Bandara Juanda Surabaya (Foto Kompas.com/Achmad Faizal)

Di hamparan sajadah tahajudku. 

Kau besarkan hatiku.

Kau tentramkan gundahku.

Kau punahkan resahku.

Aku sungguh terlena saat berlama-lama denganMu.

 

Di hamparan sajadah tahajudku.

Di situ aku termangu memungut satu demi satu.

Rinduku padaMu.

Di situ aku terpaku terdiam membisu.

Tak ada kata dan do'a di ruang hatiku.

Seakan hilang ditelan asaku yang tersisa.

 

Di hamparan sajadah tahajudku,

Kau lucuti kelambi batinku

Kau telanjangi jiwaku

Di situ aku terpaku terbelenggu sejuta pilu.

Terduduk bertekuk lutut memujaMu.

Di situ aku bersujud khusyu.

Berserah jiwa yang tanpa daya dengan seribu malu.

 

Dihamparan sajadah tahajudku.

Kau lepaskan lelah hatiku.

Kau tumbuhkan lagi kembang rinduku.

Kau wujudkan lagi asa hidupku.

Kau sucikan lagi batin jiwaku.

Kau kobarkan lagi iman dadaku.

Kau nyalakan lagi taqwa hatiku.

Izinkan hamba berlama lama terlena di haribaanMu

Minggu pagi seusai sholat Subuh itu aku benar-benar merasa bugar ketika langkahku berayun meninggalkan Mesjid Al-Akbar, walaupun sehabis sholat Tahajud malam itu aku tidak tidur hingga waktu Subuh tiba.

BACA JUGA : Menunggu Kereta Turangga Tiba

Pagi sudah mulai meremang terang dan denyut nadi Kota Surabaya pun mulai berdetak teratur.

Minggu pagi jalan Tol menuju Bandara Juanda tidak begitu padat mungkin karena hari masih pagi.

Aku sepagi itu sudah meluncur menuju Bandara Juanda karena mengejar waktu untuk Kinanti yang kembali ke Bandung hari itu.

Selama dalam perjalanan, tidak habis-habisnya Kinanti membicarakan Daisy Listya.

"Daisy Listya seorang gadis yang sangat mempesona. Kesan pertama berkenalan dengannya, aku sudah terkesan alangkah ramah dan lembut sapaannya." Suara Kinanti sambil melirik kepadaku.

"Aku yakin hatinya juga seramah dan selembut itu. Wajar jika seorang Alan Erlangga harus jatuh hati padanya," kembali suara Kinanti memecah kesunyian ketika kami masih meluncur di jalan Tol menuju Bandara Juanda.

Mendengar kata-kata Kinanti, aku hanya bisa tersenyum hambar. Tersenyum dengan rasa perih karena kini harapan hanya tinggal harapan. Daisy Listya sudah menikah dengan orang lain.

"Ya Kinan. Rasanya aku juga seperti bermimpi bertemu dan berkenalan dengan Listya yang telah membuka hati agar aku jangan hidup di masa lalu. Hiduplah di masa kini." Kataku menimpali perkataan Kinanti.

Listya adalah gadis yang telah membangunkanku dari tidur yang panjang. Rasanya tidak percaya dia menikah dengan orang lain.

"Aku sebenarnya tidak kuasa melihat Listya bersanding dengan pria lain." Suaraku tersekat di kerongkongan.  

Kinanti hanya menepuk punggungku sambil mengatakan agar aku tabah. Aku hanya bisa berterima kasih atas dukungan Kinanti.

"Kau harus mengerti apa dibalik kejadian ini pasti ada hikmahnya," kembali suara lembut Kinanti.

"Ya Kinan kita tidak boleh berhenti berharap kita harus terus menerus memelihara setiap harapan yang ada dalam hati kita karena kita yakin selalu ada Allah yang akan mewujudkan setiap harapan hambaNya." Kataku yakin tapi sebenarnya kata-kata itu hanya untuk menghibur diri saja.

"Jika kita kehilangan satu harapan biarkan kita tumbuhkan seribu lagi harapan jika seribu harapan juga hilang maka kita tumbuhkan lagi sejuta harapan. Tiada harapan yang boleh padam dari hati kita," kata Kinanti.

Aku hanya termenung. Benarkah aku kehilangan harapan? Bukankah harapanku masih tetap ada? Sungguh kini aku benar-benar tersenyum lega dan rasa hati ini menjadi lapang.

Allah itu sebaik-baik perencana oleh karena itu harus kita sikapi setiap ujian Allah dengan hati yang lapang. 

Aku ingat selalu kata-kata Kinanti yang pernah dia ucapkan.

Tiba di Bandara Juanda waktu masih menunjukkan pukul 8.00 WIB sedangkan check in pukul 9.00 WIB berarti masih ada 1 jam berbincang dengan Kinanti. Kami duduk santai di Ruang tunggu Keberangkatan sambil menikmati kopi panas dan makanan kecil.

"Alan bukankah kau pernah bilang mencintai tidak harus memiliki. Cinta itu menjadi sangat tinggi nilainya karena kita mencintai dengan tulus semata hanya untuk kebahagiaan orang yg kita cintai. Kebahagiaan itu ada dalam hati kita sendiri. Tinggal kita mau atau tidak untuk mengambilnya." Kata Kinanti

"Ya Kinan. Sekarang aku hanya butuh waktu saja untuk secepatnya melupakan perasaan hati ini kepada Listya. Aku harus berani menghadapi kenyataan ini," kataku dengan nada meyakinkan, padahal perasaan hati ini masih rapuh dan lelah.

"Listya menyapaku seperti sudah lama kenal denganku. Aku sangat terkesan dengan gadis itu. Ketika kau memperkenalkannya kepadaku, dia malah menatapmu dan aku bisa merasakan tatapan Listya seperti ingin bertanya, inikah calon istri Alan Erlangga?" Kata Kinanti menceritakan kembali saat kami mengucapkan selamat kepada Listya pada Resepsi pernikahannya waktu itu.

"Aku juga bisa merasakan itu. Bahkan aku bisa merasakan bahwa tatapan itu adalah tatapan Diana Faria. Ah entahlah aku terlalu emosional Kinan," kataku.

Kinanti terdiam sambil menatapku kemudian dia tersenyum. Aku hanya bisa menatap senyumnya seperti orang bodoh.

"Sudahlah Alan. Listya adalah gadis yang mungkin ditakdirkan untuk menggugah perasaanmu agar kau tidak terbelenggu dengan masa lalumu. Jika Allah berkehendak tak ada satupun kekuatan yang dapat menghalangiNya. TakdirNya adalah yang terbaik untuk kita." kata Kinanti.

Listya adalah wanita yang diciptakanNya untuk menentramkan hatiku. Ya berada disisinya memang kurasakan ketentraman itu.

Namun kini ketenteraman itu sudah terengut. Memang benar takdir Allah pasti yang terbaik karena Allah sebaik-baik Penentu.

Aku hanyalah hambaNya yang dapat memperoleh sesuatu sesuai dengan yang diupayakan.

Sedangkan tidak ada daya dan upaya selain kekuatan Allah yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu.

"Ok Alan ini saatnya aku harus segera menuju pesawat. Tabahkan dirimu sobat jangan lupa Kinanti selalu menemanimu. Assalaamu alaikum!" Kinanti berpamitan.

Aku hanya menatap wanita cantik ini tak berkedip. Sangat damai sekali berada di sisinya.

"Waalaikum salaam. Kinan terima kasih. Insya Allah aku tabah. Jangan lupa kabari aku kalau kau sudah tiba di Bandung." Kataku sambil menjabat tangan Kinanti.

Aku menatap kepergian Kinanti yang bergegas menuju pintu dimana para penumpang memasuki pesawat. Sebelum masuk pintu Kinanti masih sempat melambaikan tangannya.

Kinanti adalah sahabat karib di masa remaja dulu namun sampai saat inipun kesetiaannya terhadap persahabatan tidak pernah berubah.

Aku bisa merasakan ketulusan hatinya.  Persahabatan yang tulus selalu kekal sepanjang hayat.

Wanita yang sangat kukagumi ini karena kepribadiannya yang istimewa. Wanita yang memiliki karakter luhur selalu menjunjung tinggi harga dirinya yang terhormat.

Wanita adalah mahluk Allah yang diciptakan untuk membuat hati lelaki menjadi tenteram.

Kinanti Puspitasari sudah kembali ke Bandung namun aku merasa seperti ada yang hilang dari ruang hatiku. Ternyata itu adalah rindu yang dibawa Kinanti. 

@hensa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun