Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Harapan Kandas Dosen Jomblo

28 Januari 2020   14:13 Diperbarui: 7 November 2020   14:06 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instrumen Analisis Kimia (Foto Dokumen Hensa)

"Ya begitulah tapi ternyata Allahlah yang memilikinya. Saya sendiri kadang-kadang heran mengapa kita harus saling memiliki kalau pada akhirnya harus kehilangan?" Kataku penuh emosional.

Daisy Listya masih terdiam. Wajah teduhnya tetap tenang. Kutunggu tutur kata apa yang nanti keluar dari bibir yang indah itu. Hening beberapa saat lalu aku mendengar ucapan pelan dari bibir gadis cantik ini.

"Kita sebenarnya tidak pernah memiliki apapun maka oleh sebab itu kita tidak pernah kehilangan apapun. Hanya Allah Yang Maha Memiliki!" Katanya.  

Singkat dan jelas kalimat yang diucapkan Listya. Kalimat itu sangat bijak dan memiliki arti dalam. Aku benar-benar terdiam dan terpaku dalam ketermenunganku.  

Daisy Listya adalah gadis yang istimewa. Jika berbicara, tutur katanya sangat ramah dan santun. Walaupun periang tapi bukan berarti banyak bicara dan berlebihan, bahkan dia hanya berbicara hal-hal yang perlu saja. Setiap perbincangan dengannya selalu saja ada pembicaraan yang mengandung hikmah kebaikan.

Aku semakin merasa nyaman berada di sisi gadis ini. Terutama dengan yang dikatakan Listya baru saja sangat membuka pintu hati yang seakan selama ini terkunci rapat. Harus aku sadari bahwa aku tidak pernah memiliki apapun maka akupun seharusnya tidak pernah kehilangan apapun. Selama ini aku telah membuang waktu hamper 20 tahun hanya karena merasa kehilangan Diana Faria.

"Pak sudahlah lupakanlah yang telah lalu. Lebih baik melihat hari esok!" Kembali kata gadis itu memberikan dukungan kepadaku.

"Oke Listya. Terima kasih, kata-katamu tadi benar-benar sangat menyentuh." Kataku masih dalam kekaguman dengan apa yang dikatakan Listya.

Rasanya aku seperti baru tersadar dari mimpi berkepanjangan. Mimpi adalah mimpi yang tetap menjadi sia-sia karena bukan alam nyata. Aku harus membuka lembaran baru.

"Sebenarnya beberapa bulan ini ada seseorang yang telah mampu mencairkan kebekuan hati selama 20 tahun." Tetiba saja aku berkata jujur kepada Listya.

"Wah bagus dong Pak. Berarti Bapak sudah mulai bisa move on. Siapa gadis yang beruntung itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun